Friday, April 6, 2012

Ingin Hamil Setelah Kemoterapi

lngin Hamil Setelah Kemoterapi.Menstruasi tidak lagi teratur dan kesuburan terganggu, begitulah yang bisa terjadi saat perernpuan melakukan pengobatan kernoterapi. Namun, tidak perlu kuaitr. ltu hanya bersifat sementara. Meskipun, tidak menutup kemungkinan bisa juga bersifat permanen.

Dr. Andi Darma Putra, SpOG dari Departemen dari Divisi Departemen Kebidanan dan Kandungan FKUI-RSCM rnenguraikan bahwa pengobatan kemoterapi pada pasein kanker bisa berdampak pada siklus mentruasi dan kesuburan seorang wanita. Hanya saja, biasanya bersifat sernentara. Setelah, 2 hingga 5 tahun pasca pengobatan kanker selesai, pasien diperbolehkan mencoba hamil. Namun, kacaunya siklus haid dan infertilisasi akibat berkurangnya kemampuan sel telur menghasilkan hormon dan rusaknya sel telur, juga bisa bersifat permanen. Pada kasus ini, beberapa metode bisa menjadi alternatif untuk melakukan kehamilan pasca kemoterapi.

Haid TakTeratur dan Infertil Sementara.
Dr. Andi menguraikan, obat anti kanker mernang bisa berefek pada ovarium dan terjadinya infertilisasi. Pada ovarium, obat antikanker bisa mengurangi kemampuan mereka untuk menghasilkan hormon. Hal ini, kata Dr.Andi,akan berdampak pada terjadinya siklus haid yang tidak lagi teratur atau terhenti selama pengobatan. Efek samping dari obat ini biasanya bersifat sementara dan kembali norrnal setelah selesai pengobatan. Namun,tidak menutup kemungkinan juga bersifat perrnanen.
"Beberapa wanita menemukan bahwa periode menstruasi mereka menjadi tidak teratur atau berhenti total selama kemoterapi," urainya.

Selain itu, obat antikanker juga berpotensi merusak sel telur sehingga biasanya pada wanita, pengobatan kanker dengan kemoterapi bisa membuatnya kehilangan kemampuan hamil. Seperti halnya pada ovarium, efek ini dikatakan Dr. Andi juga bersifat sementara dan kembali pulih usai pengobatan. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bersifat permanen. "Apakah infertilitas terjadi, dan berapa lama berlangsung.tergantung pada banyak faktor. Termasuk jenis obat, dosis yang diberikan. dan usia wanita tersebut,: urainya. 

Terjadinya infertilitas sementara dan siklus menstruasi tidak teratur namun akan kembali normal setelah pengobatan berakhir dikatakan Dr. Andi terjadi pada sekitar sepertiga dari semua wanita yang melakukan kemoterapi."lni mernbutuhkan waktu sekitar 6 bulan sampai satu tahun untuk siklus menstruasi seorang wanita kembali normal setelah selesai kemoterapi,"terangnya. 
Sementara, pada kasus infertilisasi, kebanyakan ahli onkologi menyarankan pasien wanita menunggu 2 sampai 5 tahun setelah pengobatan kanker selesai sebelum mencoba untuk hamil.
“Pada masa ini, sebagian besar kanker kambuh. Maka kebanyakan dokter ingin rnemastikan bahwa seseorang sehat sebelum mengizinkan untuk mencoba hamil," terangnya.
Namun, ditegaskan Dr. Andi, kondisi medis setiap orang berbeda satu sama lainnya. Ada beberapa pasien yang harus menunggu lebih lama untuk mencoba hamil dan beberapa pasien yang lain yang bisa hamil lebih awal.
Tapi, pada umumnya jika seorang pasien kanker tidak mengalami kekambuhan setelah 5 tahun, pasien dianggap sernbuh dari kanker.Namun, bila terkena kanker lagi setelah 5 tahun, maka pasien tersebut dianggap terkena jenis kanker yang baru.
"Pada kasus ini, bagi seorang wanita penderita kanker yang sangat rnenginginkan kehamilan dan kankernya tidak mengenai indung telurnya maka bisa menunggu satu tahun dari pemberian kemoterapi terakhir, jika ingin merencanakan kehamilan,” ujarnya.


Pilihan Metode Hamil.
Pada umumnya, kehamilan pada wanita yang mendapat kemoterapi memang tidak dianjurkan. Selain disebabkan kandungan zat kimia kemoterapi yang bisa menimbulkan kelainan kongenital pada bayi, kondisi fisik wanita penderita kanker yang mendapat kemoterapi juga dikhawatirkan tidak cukup prima untuk hamil sampai dengan melahirkan.Oleh sebab itu, kehamilan baru dianjurkan dilakukan setelah selesai melakukan pengobatan kanker.
Memang, infertilisasi pada wanita yang menjalani kemoterapi bisa mengancam, baik sementara atau pun permanen. Namun, Dr. Andi mengatakan tidak perlu kuatir karena saat ini terdapat beberapa metode bagi wanita yang mendapatkan pengobatan kanker dan menginginkan kehamilan setelah pengobatan kemoterapi. Metode tersebut umumnya berkembang di luar negeri sedang di Indonesia saat ini masih sangat jarang dilakukan, diantaranya adalah pembekuan embrio (freezing embryos). pembekuan telur (freezing eggs) dan pembekuan jaringan ovarium. Dijelaskan Dr. Andi, secara prosedur,
teknik- teknik tersebut dilakukan sebelum kemoterapi dimulai dan melibatkan memiliki beberapa telur (ovum) yang dikumpulkan (pasien harus merniliki atau mengumpulkan telur).
Namun, dikatakan Dr. Andi teknik tersebut tetap menyimpan kemungkinan terjadinya masalah, yaitu:
Pertama, metode ini mungkin tidak bisa diterapkan pada beberapa jenis kanker. Sebagai contoh jika seorang wanita memiliki kanker payudara yang bergantung hormon (hormone dependent), dokter ahli kemungkinan akan menentangnya. 
Kedua, dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk merangsang ovarium dan mengumpulkan telur (ovum). Sementara, dokter ahli mungkin tidak ingin menunda memulai kemoterapi selama itu.

Teknik Lama.
Sedangkan pendekatan terhadap pengobatan infertilitas lain yang telah digunakan adalah bayi tabung. Dikatakan Dr. Andi, ini adalah pendekatan yang telah lama digunakan yaitu dengan:
1. Fertilisasi in vitro (IVF)
Prosedur IVF dilakukan dengan memberikan obat untuk merangsang ovarium agar pasien wanita menghasilkan telur yang kemudian dikumpulkan dan dibuahi oleh sperma pasangan. Embrio yang diciptakan kernudian dibekukan hingga pasien ingin memiliki bayi. Hanya saja, proses ini cukup rumit dan tidak menjanjikan keberhasilan pada sernua orang dan tergantung pada usia pasien. Sejauh ini, statistik nasional dari Human Fertility and Embryo Authority (HFEA) menunjukkan bahwa sekitar 25 dari setiap 100
perempuan (25%), di bawah usia 38 yang melakukan prosedur IVF ,pada akhirnya memiliki bayi.Tingkat keberhasilan setelah pembekuan embrio adalah sekitar 16 dari setiap 100 (16%).

2. Pembekuan telur (Freezing eggs)
Proses pada teknik ini sama seperti pada teknik IVF, yaitu dengan obat yang merniliki kemampuan merangsang ovarium untuk membuat telur. Hanya saja, pada teknik ini telur kemudian dikumpulkan dan dibekukan sebelum dibuahi. Teknik ini memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi. Penelitian awal menunjukkam jumlah bayi yang lahir dari telur beku adalah antara 2 dan 4 dari setiap 100 (2 persen hingga 4 persen). Angka-angka ini didasarkan pada penelitian dan teknik yang terus - menerus ditingkatkan sehingga angka mungkin sedikit lebih tinggi daripada sekarang ini.
Sementara, terdapat berbagai cara pembekuan telur dan teknik baru untuk menyuntikkan sebuah sperma tunggal ke dalam telur tunggal. Prosedur ini disebut injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI), dan tampaknya ini yang paling sukses. Hingga saat ini, teknik ini masih terus menerus dikembangkan.
Saat ini,juga telah berkembang beberapa penelitian dengan pembekuan jaringan ovarium sebelum kemoterapi dimulai. Teorinya adalah setelah kemoterapi, jaringan ovarium kembali dimasukkan dalarn rahim. Jika jaringan ovarium kemudian mulai bekerja secara norrnal, telur bisa diproduksi dan kesuburan bisa dipertahankan. Berdasarkan laporan setidaknya 4 wanita telah melahirkan setelah perawatan ini. Hanya saja, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ini akan bekerja cukup baik untuk dibuat lebih luas tersedia.

No comments:

Post a Comment