Saturday, May 5, 2012

Sebab Dan Akibat Tidak Patuh Minum Obat Hipertensi

Sebab Dan Akibat Tidak Patuh Minum Obat Hipertensi.
                                                          

Walau gejala tekanan darah tinggi tidak terasa, tetapi jelas penyakit ini sangatberbahaya. Memberikan perhatian besar dalam penyakit ini, antara lain dengan mengubah gaya hidup dan kepatuhan minum obat, menjadi salah satu alasan menurunnya kematian akibat penyakit jantung dan stroke.

SUKA atau tidak, pada penderita hipertensi,kepatuhan minum obat adalah kendali utama agar terhindar dari risiko mematikan. Sayangnya, banyak yang merasa tak perlu minum obat ketika sudah merasa "normal", padahal itu salah. Hipertensi atau darah tinggi termasuk penyakit berisiko. Selain menahun, risiko yang terjadi bisa memicu gangguan kardiovaskular hingga 3-4 kali lipat, stroke, bahkan kematian.
Namun ternyata, banyak pasien enggan atau bahkan memutuskan berhenti minum obat saat mereka merasa normal atau tidak lagi merasakan gejala hipertensi. Selain bosan, bisa jadi mereka mengkhawatirkan efek samping akibat pemakaian obat kimia terus~menerus.

Prof Dr Lukman Hakim,SpPD KKV mengatakan ketidakpatuhan dalam minum obat hipertensi juga bisa memicu rebound.Artinya tekanan darah yang sudah turun saat diobati tiba-tiba bisa melonjak lebih tinggi saat obat dihentikan.
Setelah ditelisik lebih lanjut, jumlah obat yang harus dikonsumsi pasien berkolerasi dengan kepatuhan mereka dalam menepati jadwal minum obat. Pasien yang hanya mengonsumsi obat dosis tunggal lebih patuh daripada pasien yang harus minum beberapa jenis obat sehingga pengendalian penyakit pun lebih baik.

Hal itu tercermin dalam hasil studi CRUSIAL (Cluster Randomized Usual Care vs Caduet Investigation Assesing Long-Term Risk), yang membandingkan efek penurunan risiko penyakit jantung koroner pada pasien yang mengonsumsi obat dosis tunggal dengan pengobatan cara biasa.
Dalam penelitian itu terungkap pengontrolan tekanan darah maupun kolestrol LDL dengan pengobatan single pill amlodipine besylate/atorvastatin calcium dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner pada pasien dibandingkan dengan pengobatan biasa.
Pengobatan singie pill amlodipine besylate/atorvastatin calcium terbukti dapat mengurangi 10 tahun risiko terhitung penyakit jantung koroner secara signifikan. Hal ini Iebih efektif dibandingkan pengobatan dengan cara biasa.

Yang dimaksud dengan pengobatan biasa adalah pemilihan pemakaian obat lokal dari dokter yang telah disetujui untuk menurunkan tekanan darah dan kolestrol, termasuk juga diantaranya amlodipine dan atorvastatimyang diresepkan menurut praktik uji klinis lokal. Dokter yang berpartisipasi dalam percobaan ini, merawat pasien dengan perawatan biasa ditambah dengan single pill amlodipine besylate/atorvastatin caicium, dan bila dibutuhkan menggunakan obat penurunan tekanan darah lainnya.
Risiko tersebut telah diuji menggunakan model Framingham Risk Score dengan mengkalkulasikan risiko penyakitjantung berdasarkan gabungan antara kesehatan dan gaya hidup, termasuk jenis kelamin, usia, tekanan darah, total kolestrol LDL, kolestrol HDL, merokok dan status diabetes.
Data tersebut diperoleh berdasarkan dua sub~ana|isa CRUCIAL yang telah dipresentasikan pada bulan Juli lalu di Annual Scientific Meeting of the Japan Atherosclerosis Society (JAS) ke-43 di Sapporo, Jepang dan pada 20th Scientific Meeting of European Society of Hypertension (ESH) di Oslo, Norwegia. Total responden dalam penelitian ini mencapai 1.461 pria dan wanita berusia 35-79 tahun yang menderita hipertensi dengan tiga atau lebih faktor risiko seperti merokok, kegemukan, kolesterol, serta tidak memiliki penyakit jantung koroner sebelumnya, dan nilai total kolesterol mereka tidak lebih dari 250 mg/dl.

"Tekanan darah dan kolesterol LDL yang tinggi adalah faktor penyebab dari berbagai bentuk penyakit kardiovaskular. Kenaikan kolestrol LDL adalah masalah yang terus meningkat di kebanyakan negara Asia,” kata Dr.Antonia Lukito, SpJP - FIHA yang juga ikut dalam penelitian CRUCIAL.

No comments:

Post a Comment