Friday, May 4, 2012

Jatuh Miskin Karena Kanker

Jatuh Miskin Karena Kanker.
KANKER bukan hanya bisa membunuh orang yang menderita penyakit ini. Kanker ternyata juga bisa mengancam kondisi perekonomian keluarga yang ditinggalnya. Apalagi, Investigator Kepala Studi Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan clan Analisa Kebijakan, dari Universitas Indonesia menurut Prof. Dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH., mengungkapkan biaya pengobatan penyakit kanker tidak murah, yaitu mencapai Rp300-500 juta. Belum lagi, tidak semua biaya pengobatan tercover dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (jamkes-mas). Padahal, sebagian besar penyakit ini mengancam masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Biaya Pengobatan Mahal.
Kanker ditetapkan sebagai penyebab utama kematian global dengan angka yang rnencapai 13 persen (atau 7,4 juta) dari semua kematian setiap tahunnya {data WHO, 2010). Selain mengancam nyawa penderitanya, penyakit mematikan ini memang benar-benar bisa membuat keluarga yang ditinggalnya menderita. Tidak hanya beban psikis bagi keluarga yang ditinggal, beban ekonomi juga bisa membuat keluarga menderita karena beban pengobatan yang tidak murah, yaitu Rp. 300-500 juta.
"Jadi tidak heran jika, kanker tidak hanya memberikan beban psikis. Orang-orang terdekat yang ditinggalkan pasien kanker juga bisa jatuh miskin karena harus membiayai pengobatan yang terbilang mahal," ujarnya.
Bahkan, Prof. Hasbullah yang juga Pendiri ketua Umum PAMJAKI (Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia), beban ekonomi bagi
keluarga dengan pasien kankerjuga bisa rnengancam biaya pendisikan. Dicontohkannya, ada suami yang menghabiskan biaya pendidikan untuk anaknya untuk membiayai pengobatan istrinya.
"Lalu bagaimana nasib si anak? itu baru masalah materi, secara psikologis anak juga akan tertekan melihat
ibunya yang sakit," ujarnya.

Apalagi, diuraikannya, sebanyak 70 persen kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah atau menengah. Sementara, beban pengobatan kanker dirasakan paling kuat di kelompok sosial ekonomi rendah, khususnya di negara-negara yang jaring pengaman sosialnya masih kurang. "Itulah mengapa kanker dapat dikatakan menjadi penyebab kemiskinan,”terangnya.

Tidak Sejalan Dengan Teknologi Pengobatan Maju.
Diuraikan Prof. Hasbullah, sebenarnya teknologi kesehatan saat ini sudah jauh lebih baik dari 10 tahun lalu. Termasuk dengan perkembangan teknologi pengobatan kanker, menurutnya sudah jauh lebih baik. Namun, tetap saja rnasih banyak pasien yang tidak cepat merneriksakan diri karena tidak mampu mengakses pengobatan dengan baik, sehingga tidak bisa diselamatkan.Apalagi,tidak semua pengobatan bisa tercover dalam Jamkesmas. "Sebenarnya, jika penanganannya cepat dan usia penderita masih tergolong rnuda, kernungkinan sembuhnya sangat besar,"terangnya.
Menteri Kesehatan Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, menjelaskan, kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian global. Sekitar 70% dari kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasil rendah dan menengah. Menurut Riskesdas 2007, kanker mendapat peringkat penyakit mematikan nomor 7 setelah stroke,TB, Hipertensi,Cidera, Perinatal dan DM.
"Penyakit kanker dan permasalahan turunannya seperti sosial dan ekonomi belum diketahui secara pasti. Untuk itu dibutuhkan penelitian-penelitian sebagai bahan pertimbangan dalarn menentukan kebijakan dalam pengendalian kanker di Indonesia.
Berangkat dari permasalahan tersebut, delapan negara ASEAN kini membentuk forum studi mempelajari dampak kanker terhadap sosial dan ekonomi. Forum dengan nama ASEAN Cost in Oncology (ACHON) diluncurkan oleh ibu menteri sendiri. Di Indonesia, studi ini akan mensurvei 2400 data pasien kanker di 12 rumah sakit besar. Studi total di ASEAN, rencananya akan melibatkan 10 ribu responden. Dari studi ini akan dihitung total biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien dan keluarga selama perawatan mulai dari diagn0sa,transportasi. Diharapkan penelitian ini akan selesai pada 2013. Jika penelitian ini telah selesai ia berharap akan ada kebijakan dari pemerintah untuk mencegah kanker dengan skala nasional.

Prof Hasbullah merespon positf hal tersebut. la mengatakan,"tanpa intervensi yang bersifat segera, beban kanker akan menjadi meningkat sangat pesat dengan tuntutan terhadap sistem kesehatan dan biaya
ekonomi yang akan menjadi terlalu besar ditanggung oleh negara.

No comments:

Post a Comment