Tuesday, May 1, 2012

Harapan Baru Dalam Upaya Penanggulangan AIDS

Harapan Baru Dalam Upaya Penanggulangan AIDS.
MEMERANGI penyakit pemberantasan penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu dari 8 target pembangunan untuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Pemerintah Indonesia juga harus menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit infeksi
utama yang harus diperangi. Sampai saat ini berbagai upaya telah dilakukan tetapi pada kenyatannya terdapat 4 masalah utama dalam pemberantasan penyakit ini di Indonesia yaitu deteksi dini HIV (Human Immunodeficiency Virus), ketersediaan obat yang terbatas di masyarakat, kemampuan petugas kesehatan yang belum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV, baik dalam aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif serta keterbatasan sarana dan prasarana.
Melihat masih belum optimalnya tenaga kesehatan dalam penanganan penyakit ini di tengah masyarakat, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
sebagai organisasi profesi merasa terpanggil untuk menyusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
PNPK ini meliputi multidisiplin profesi kesehatan dan berbagai institusi pendidikan kedokteran. PNPK(ini akan disahkan oleh Kementrian Kesehatan dan selanjutnya akan menjadi asupan  bagi seluruh petugas kesehatan terutama yang bekerja di Rumah Sakit dalam penanganan kasus-kasus HIV/AIDS yang ditemukan.

Pada acara jumpa pers yang dihadiri oleh DR. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD, K-GEH dan Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PDKHOM, juga dijelaskan mengenai isi buku tersebut secara umum. Buku pedoman ini berisi tentang strategi: pencegahan HIV, diagnosis HIV, pencegahan dan tatalaksana infeksi oportunistik, obat anti retroviral (ARV) dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Buku ini juga menyampaikan 72 rekomendasi untuk penanganan kasus HIV/AIDS di Indonesia.
                                                            

                                                DR. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD, K-GEH

Berbagai penelitian dalam bidang pencegahan dan terapi infeksi HIV memberi harapan dalam penanggulangan infeksi HIV pada tingkat global. Pencegahan dan pengobatan HIV merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pencepaian MDGs. Terapi antiretroviral selain bermanfaat bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) ternyata juga dapat menurunkan risiko penularan. Hal tersebut didukung oleh suatu peer-reviewed study yang mendapatkan bahwa pemberian terapi ARV kepada ODHA dapat menurunkan penyebaran virus HIV hingga 92%.
Bahkan pasangan seksual ODHA juga dapat melindungi diri selain dengan kondom juga dengan minum obat ARV serta penggunaan jel yang mengandung ARV. Khitan atau sunat pada laki-laki ternyata secara bermakna juga mempunyai pengaruh menurunkan risiko penularan. Karena itulah WHO berani menargetkan pada tahun 2015 dapat dicapai: (1) Kasus HIV baru pada remaja menurun 50%; (2) Kasus HIV
baru pada bayi dan anak menurun 90%; (3) Kematian yang berkaitan dengan HIV rnenurun 50%.

Bahkan para penggiat dalam bidang HIV berani menetapkan visi yaitu dunia di masa depan tak ada kasus HIV baru, tak ada kematian yang berkaitan dengan HIV, serta juga tdak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA. Hal ini ditegaskan kembali oleh Prof. Zubairi bahwa target dunia terhadap AIDS adalah Getting to Zero,.yakni Zero new HIV infection; Zero discrimination; dan Zero AIDS related deaths. Dalam bidang terapi, besar harapan AIDS akan dapat disembuhkan baik dengan pengembangan obat ARV yang lebih poten maupun kombinasi dengan vaksin terapi.
Namun keberhasilan dalam upaya penanggulangan AIDS di Indonesia harus didukung oleh pemerintah, akademisi, serta masyarakat luas. Jaringan kerjasama harus dibentuk dan digiatkan. Dukungan tokoh masyarakat, pebisnis, serta tokoh agama sangat diharapkan. Sedangkan masa depan ODHA yang telah berhasil keluar dari ancaman AIDS perlu dipikirkan,0DHA perlu menjadi warga yang produktif, mandiri, dan dapat menolong orang lain seperti juga anggota masyarakat lainnya. Kelengkapan dan kecukupan obat ARV perlu terus dikembangkan sedangkan obat antivirus hepatitis dengan harga terjangkau yang telah lama didambakan akan dapat dinikmati masyarakat tahun 2012.
Selain itu, upaya penanggulangan infeksi HIV di Indonesia juga perlu memanfaatkan hasil-hasil penelitian, baik di bidang kedokteran dasar, klinis, maupun kesehatan masyarakat.

Pada saat ini, Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) atau Konseling dan Tes Atas Inisiasi Petugas (KTIP) dianjurkan agar lebih dikembangkan di sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Pada KTIP, dokter memprakarsai, menganjurkan dan menawarkan tes HIV.
Selain pentingnya untuk mendeteksi adanya infeksi HIV dengan skrining HIV, pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi oportunistik juga merupakan hal yang panting. Pemberian terapi ARV pada semua pasien HIV dengan TB aktif tanpa melihat nilai CD4. Obat antituberkulosis (OAT) diberikan lebih dahulu,diikuti pemberian terapi ARV sesegera mungkin (dalam waktu 8 minggu pemberian OAT). Efavirenz (EFV) mewakili golongan NNRTI baik digunakan dalam pemberian terapi ARV pada pasien dalam terapi OAT.

Upaya ini juga menyangkut wanita hamil. Semua pasien hamil disarankan untuk melakukan tes HIV. Pada kenyataannya, lebih dari 90% anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS terinfeksi melalui jalur perinatal yaitu dari ibu ke bayi. Oleh karena itu, pasien hamil dengan HIV/AIDS dianjurkan untuk melahirkan secara caesar serta tidak menyusui anaknya setelah melahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan risiko penularan HlVdari ibu ke anak.Saat ini di Amerika Serikat terjadi penurunan kasus anak yang menderita AIDS akibat transmisi HIV secara perinatal secara drastis terutama karena identifikasi wanita hamil dengan HIV dan keefektifan pemberian terapi ARV profilaksis dalam menurunkan transmisi HIV dari ibu ke bayinya.

Dr. Rina Metalapa

No comments:

Post a Comment