Friday, April 13, 2012

Agar Antibiotik Tidak Berujung Petaka

Agar Antibotik Tidak Berujung Petaka.
Dalam penanganan penyakit infeksi, pemberian antibiotik perlu diperhatikan dengan serius. Tidak semua penyakit infeksi memerlukan antibiotik. Pemberian antibiotik dapat dibenarkan jika penyakit yang diderita disebabkan oleh infeksi bakteri. Pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik yang akan mempersulit pengobatan infeksi serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian.

ISTILAH antibiotik begitu populer di Ilingkungan kita sehingga harnpir semua penyakit tampaknya selalu rnenyertakan antibiotik dalarn resep yang diberikan dokter. Padahal semestinya tidakdemikian. Dr. Tonny Loho, DMM, Sp. PK (K), dokter ahli infeksi dari Divisi infeksi Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM, menegaskan bahwa, antibiotik semestinya hanya boleh diberikan saat ada tanda-tanda infeksi bakteri. Salah satu tanda infeksi, misalnya peradangan.
Penetapan adanya infeksi bakteri juga tidak boleh asal. Dr. Tonny Loho dalarn seminar sehari tentang "Pengobatan Terkini Kasus lnfeksi di RS Pondok lndah menyatakan, penetapan harus dilakukan dengan uji laboratorium, khususnya kadar leukosit dalam darah, apakah jumlahnya meningkat atau menurun.
Dr. Tonny mewanti-wanti agar dokter jangan langsung mernberikan antibiotik untuk inflamasi yang bukan infeksi, seperti artritis, alergi, virus ataupun karena flora normal. Sedangkan pada orang yang mengalami diare, harus jelas betul apa penyebabnya
Karena diare bisa disebabkan bakteri dari makanan, bisa karena jamur. "Keracunan makanan bisa bersumber dari makanan bersantan atau saus salad semacam thousand island. Itu menjadi tempat kondusif untuk pengembangbiakan bibit penyakit," kata Tonny.
Selain itu,Dr. Tonny melanjutkan, pertimbangan pemberian antibiotik harus didasarkan pada kondisi pasien,fungsi ginjal, kemungkinan aksi antar obat, dan toksisitas obatyang dapat meningkat. Antibiotik
sebaiknya tidak diberikan bila kadar infeksi tidak mencapai minimal inhibitory concentration atau jumlah bakteri minimal yang bisa ditemukan dalam darah.

Harga Terjangkau
Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan permasalahan global yang sangat serius karena merupakan tindakan mubazir dan berbahaya. Penggunaan obat yang tidak rasional antara lain obat tidak sesuai indikasi, regimen dosis yang tidak tepat, durasi penggunaan tidak tepat, dan cara penggunaan yang tidak sesuai.
Antibiotik sering digunakan secara berlebihan dan tidak sejalan dengan infeksi yang berkembang di seluruh dunia. Padahal, banyak penyakit infeksi berbahaya yang telah dikenal sebelumnya maupun new emerging disease semakin mengancam kesehatan penduduk dunia.
Penggunaan antibiotik yang rasional tidak saja memiliki keuntungan secara klinis bagi pasien, tapi juga memberikan keuntungan secara ekonomis,"kata DR. Dr. Suhendro, SpPD-KPTI dalam acara yang sama. "Pemilihan antibiotik yang tidak sesuai akan memperpanjang serta menambah biaya perawatan, lanjutnya.
                                                

Senada dengan Dr. Tonny, DR Suhendro mewanti-wanti penuh agar para dokter lebih cermat dalam memberikan antibiotik. Menurut DR. Suhendro, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipertimbangkan dalam pemakaian antibiotik.
Pertama, diagnosis dan alasan penggunaan antibiotik. Dalam penanganan penyakit infeksi, pemberian antibiotik perlu diperhatikan dengan serius. Tidak semua penyakit infeksi memerlukan antibiotik. Pemberian antibiotik dapat dibenarkan jika penyakit yang diderita disebabkan oleh infeksi bakteri. Menurut Dokter RS Pondok Indah ini, Seringkali dalam praktek sehari-hari sulit untuk mernbedakan diagnosis infeksi karena virus atau bakteri. Dalam keadaan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
Kedua, sifat-sifat antibiotik yang akan diberikan, apakah memiliki sifat bakteriostatik atau bakterisidal. Untuk infeksi berat atau pada penderita dengan daya tahan imunitas menurun sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakterisidal. Antibiotik yang dipilih se-dapat rnungkin memiliki spektrum sempit, dapat ditoleransi dengan baik dan dengan harga yang relatif murah.
Ketiga, kondisi yang mendasari host, seperti riwayat alergi obat, gangguan fungsi ginjal dan hati. Penggunaan obat imunosupresi adalah faktor Iain yang mempengaruhi pemilihan terapi antibiotik, dosis, khasiat, dan keamanan agen antibiotik.
Pasien lanjut usia, kata DR. Suhendro, rnungkin memliki kretinin serum normal. Mungkin diperlukan penurunan dosis pada penderita lanjut usia, termasuk mereka dengan kreatinin serum yang normal. Kegagalan untuk mengenali faktor ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar antibiotik dalarn darah yang dapat mengakibatkan komplikasi nefrotoksisitas, hepatotoksisitas, atau ototoksisitas.

Sementara pada usia lanjut, perubahan famakologi obat yang terjadi harus dipertimbangkan saat pemberian antibiotik. Faktor - faktor yang menjadi pertimbangan antara Iain adalah penurunan fungsi ginjal, kemungkinan aksi antar obat dan toksitas obat yang meningkat. Beta laktam merupakan antibiotik yang sering diberikan untuk pengobatan infeksi pada usia Ianjut. Antibiotik ini memiliki spektrum yang luas, farmakokinetik, dan tingkat keamanan yang baik, dan tidak memerlukan pengukuran konsentrasi serum.

Antibiotik Bagi Anak.Pada anak-anak, pemberian antibiotik harus dapat diperinci lagi. Sekitar 90-95% demam pada anak disebabkan oleh virus, 5-10 persen yang disebabkan oleh bakteri. Karakteristik demam dapat membantu membedakan infeksi bakteri dengan virus. De-mam tinggi dengan durasi lama disebabkan oleh bakteri dibandingkan oleh virus. Pemberian antibiotik pada demam anak dapat dibenarkan jika suhu anakdi atas 40° C dengan usia kurang dari 36 bulan tanpa fokus infeksi yang jelas.
Panduan dosis antibiotik biasanya berdasarkan atas uji klinis pada anak normal yang sehat atau ekstrapolasi dari pada dewasa. Pemilihan antibiotik awal harus berdasarkan data pola kuman aman dan resistensi setempat.
Dr.H.Hindra lrawan Satari, Sp.A (K)TropPaed, spesialis anak dan konsultan Penyakit infeksi dan Tropis Anak RS Pondok lndah menjelaskan, "Keputusan untuk rnemulai terapi antibiotika pada anakharusdidasarkanpadatemuan infeksi bakteri yang dibuktikan dengan biakan. Secara klinis, infeksi bakteri umurnnya berupa deman tinggi yang melampaui 40°C selama lebih dari 3 hari disertai dengan tampilan anak yang tampak sakit berat ditunjang dengan penanda infeksi bakteri seperti jenis Ieukosit, protein C-reaktif atau prokaisitonin,"

Hati-Hati Bagi lbu Hamil.
Pemakaian antibiotik tidak hanya perlu diperhatikan bagi anak dan lansia saja. Kaum ibu harnil juga mesti cermat dalam mengonsurnsi obat ini. Bila tidak diperlukan, sebaiknya ibu hamil tidak mengonsumsi antibiotik,terutama yang bisa membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling penting yang perlu diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan.
Obat antibiotik golongan kuinolon harus dihindari ibu hamil karena berpotensi menyebabkan kecacatan. "Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan inti sel. Bila dikonsumsi saat hamil bisa rnenyebabkan gangguan pertumbuhan tulang pada janin," papar Dr.Tonny Loho.
Gangguan tulang yang sering dialami bayi akibat antibiotik ini adalah gangguan pertumbuhan tulang sehingga anak beresiko pendek. Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulang belakang (spina bifida).

Dr.Tonny menjelaskan, periode awal kehamilan merupakan masa yang penting karena terjadi pembentukan organ-organ tubuh sehingga janin sangat rentan terhadap apa yang dikonsumsi ibunya.
"Sayangnya kebanyakan wanita baru menyadari kehamilannya setelah 2-4 minggu setelah pembuahan sehingga mereka merasa masih bebas minum obat," paparnya. Untuk mencegah efek buruk dari konsumsi obat-obotan, Dr. Tonny menyarankan agar setiap wanita yang sedang berencana untuk hamil memberitahu dokter tentang kemungkinan ini,terutama bila mendapatkan resep obat.
Antibiotik golongan kuinolon seperti spirofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, atau levofloksasin, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, infeksi saluran napas bawah, penyakit menular seksual, serta infeksi jaringan lunak dan tulang.
Ibu hamil, bayi dan anak - anak juga tidak disarankan untuk mengonsumsi antibiotik ini. "Setidaknya sampai anak usia remaja karena biasanya di usia ini tulang mereka sudah tumbuh maksimal. Pada bayi dan anak, antibiotik ini baru diberikan jika obat lain tidak efektif," paparnya.

No comments:

Post a Comment