Sunday, April 29, 2012

Nasib Anak Dengan Dinding Perut Tidak Menutup Sempurna

Nasib Anak Dengan Dinding Perut Tidak Menutup Sempurna.
Cukup menakutkan tatkala melihat bayi dengan kelainan dinding perut bagian depan tidak rnenutup secara sempurna. Bagaimana mengatasinya?

ORANG tua yang baru saja melahirkan anak,tentu saja merasa sangat gembira. Namun bagi orang tua yang memiliki cacat bawaan (kongenital) tentu saja sangat terpukul. Termasuk cacat terbukanya dinding perut bagian depan yang mengakibatkan isi saluran cerna keluar.
Terdapat dua kelainan berkaitan dengan tidak menutupnya dinding perut yang dikenal dengan istilah gastrokisis dan omfalokel. Gastroskisis atau celah perut merupakan gambaran kelainan kongenital ditandai dengan tidak adanya dinding depan abdomen (perut) mengakibatkan keluarnya isi perut. Tidak terdapat kantung dan ukuran lubang tidak lebih dari 4 cm. Pada gastroskisis, terdapat gangguan fungsi saluran cerna,tapi biasanya tidak berkaitan dengan kelainan genetik lain. Isi perut yang keluar, di antaranya usus halus, kadang disertai usus besar, lambung, bahkan ovarium. Pada kelainan ini tidak terdapat kantung yang menutupi isi rongga perut yang keluar.
Sedangkan omfalokel merupakan kelainan tidak menutupnya bagian dinding depan saluran cerna. lsi perut masih berada di dalam semacam kantung. Pada kelainan ini tidakterdapat gangguan fungsi saluran cerna, tetapi biasanya memiliki hubungan dengan kelainan kongenital lain.

Sering Ditemukan.
Kelainan omfolokel relatif sering ditemukan oleh ahli bedah anakAngka kejadiannya cukup tinggi, sekitar 1-2,5 dari 5000 kelahiran. Kondisi ini berhubungan dengan faktor genetik. Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa 50% bayi yang mengalami kelainan ini ternyata memiliki kelainan bawaan lain, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui ada tidaknya kelainan lain. Sedangkan angka kejadian gastroskisis adalah 4-5 dari 10.000 kelahiran. Diduga hal ini berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan.
Kelainan ini banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Angka kejadiannya berhubungan dengan yang sedikit.Angka kejadiannya sekitar 1:10,000 dan biasanya terdeteksi pada awal-awal kehamilan.

                                        
                                           Gambaran Ilustrasi Gastrokisis dan Omfalokel

Dalam keadaan normal, pada usia kehamilan ernpat minggu, terjadi penutupan pada bagian depan rongga perut. Pada penderita gastroskisis tidak terjadi proses ini, sehingga isi rongga perut keluar.
Kehamilan berisiko tinggi seperti ibu hamil yang mengalami infeksi, usia ibu sangat muda, merokok, penggunaan obat terlarang, atau faktor lain yang dapat mengakibatkan berat bayi lahir rendah dapat meningkatkan insiden gastroskisis. Kelainan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan kecil untuk usia kehamilan. Penggunaan obat yang mengandung anti inflamasi non steroid (asam salisilat, ibuprofen, atau semacamnya) diduga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kelainan ini.

Diagnosis.
Terdapat beberapa cara untuk mengetahui terjadinya gastroskisis atau omfalokel pada awal kehamilan. Peningkatan enzim alfafetoprotein (AFP) pada trimester kedua kehamilan merupakan salah satu tanda adanya kelainan ini.
Cairan amniosentesis juga di evaluasi untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan kromosom (kariotiping) rnerupakan komponen penting dalam membantu diagnosis. Selain itu juga untuk mencari kemungkinan adanya penyakit kongenital lain.
Pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi di dalam rongga perut. Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan kelainan berupa gastroskisis atau omfalokel. Selain itu dapat ditentukan juga jika memang disebabkan oleh masalah lain.
Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat membantu memastikan hasil pemeriksaan USG, selain itu memastikan ada tidaknya masalah pada posisi hati. Posisi hati yang abnormal merupakan salah satu indikasi tingkat keparahan penyakit.

Dapatkah disembuhkan?
Pada masa lalu, kemungkinan sembuh dari kelainan ini tidak terlalu besar. Sebagian besar bayi meninggal. Dengan teknik pengobatan dan fasilitas perawatan intensif saat ini angka bertahan hidup cukup tinggi. Di Negara maju angka bertahan hidup dapat mencapai 90%, sedangkan di Indonesia mencapai 50%. Selain itu kelainan ini juga dapat dideteksi sejak awal, sehingga dapat dilakukan persiapan intervensi pembedahan jika diperlukan.
Angka kesakitan atau kematian biasanya berhubungan dengan komplikasi pasca pembedahan pada kulit atau pada saluran cerna.Seringkali pasien yang mengalami kelainan ini membutuhkan tindakan pembedahan lebih dari satu kali.
                                            
           Salah Satu Penderita Gastroskisis Setelah Menjalani Operasi, Dinding Perut Dapat Ditutup

Beberapa kelainan genetik yang kadang muncul bersamaan dengan omfalokel adalah:
  • Kelainan genetikTrisomi 13,18 dan 21, yang berhubungan dengan kelainan kejiwaan. 
  • Kloakal ekstrofi atau penonjoian kandung kemih, sehingga isi kandung kemih tidak dapat ditutup. Kadang diikuti juga dengan kelainan lain, misalnya meningomielokeie, atau tidak terdapat anus (atresia anal).
  • Gangguan penutupan rahang (maloklusi).
Pengobatan. Perbaikan kondisi bayi merupakan tindakan utama yang harus di lakukan. Tindakan operasi dapat dilakukan kemudian seteiah diyakini bahwa bayi sudah mulai stabil. Pada kelainan omfalokel yang masih stabil, karena masih terdapat di dalam kantung , mungkin saja tidak diperlukan koreksi segera.
Untuk ibu perlu diberikan edukasi untuk me-nghentikan kebiasaan buruk seperti mengonsumsi alkohol atau obat-obatan narkoba. Selain itu perlu dihindari penggunaan obat-obat anti nyeri yang biasa dijual bebas, untuk mengurangi risiko pada bayi. Keberhasilan terapi bergantung pada ukuran celah. Semakin besar celah yang terbentuk, semakin buruk kemungkinannya. Selain itu, ada tidaknya komplikasi seperti gangguan paru, infeksi berat,ikut keluarnya organ hati merupakan faktor yang dapat rnemperberat kondisi bayi.

Di Negara maju, angka kematian pada kasus ornfalokel tanpa komplikasi sekitar 10%. Jika terdapat kelainan kromosom |ain,atau kelainan penyerta yang parah, angka kematian dapat mencapai 100%.
Pada kelainan gastroskisis, kemungkinan hidup relatif baik meski kadang membutuhkan operasi berulang, atau lamanya waktu yang dibutuhkan saat perawatan. Kematian sering disebabkan karena komplikasi gangguan saluran cerna, adanya penyebaran infeksi (dalam bahasa medis dikenal dengan sepsis), atau adanya kesulitan dalam menutup

Bagaimana Mencegahnya?
Untuk ibu hamil yang memiliki risiko, misalnya merokok, menggunakan narkoba,atau risiko lainnya,perlu diberikan edukasi, sehingga dapat mengubah gaya hidup tersebut dan mengurangi risiko terjadinya kelainan ini.
Di luar negeri, dengan teknik maju, menghentikan keharnilan merupakan salah satu pilihan. Untuk kelainan yang be-rat disertai dengan penyakit kongenital lainnya. Di Indonesia, hal ini masih menjadi bahan perdebatan.

No comments:

Post a Comment