Tuesday, April 17, 2012

Yang Benar Tentang Hepatitis A

Yang Benar Tentang Hepatitis A.
BEBERAPA waktu lalu, masyarakat sempat dikejutkan dengan munculnya penyakit hepatitis A yang ada di sebuah SMA di wilayah Depok. Meski penderitanya kemudian sembuh dan bisa melanjutkan aktivitas kembali, namun banyak yang menganggap bahwa penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan, sulit disembuhkan, dan sangat meresahkan. Padahal kenyataannya, hampir semua orang dewasa di Indonesia pernah terinfeksi virus hepatitis A ini. Akan tetapi, tidak semuanya berakhir kepada penyakit hepatitis A.

Kebiasaan buruk seperti makan dan minum bersama diduga kuat menjadi media penularan yang baik terhadap penyebaran virus hepatitis A. Padahal anggapan tersebut kurang tepat. Nah, banyak masyarakat yang mempercayai mitos atau anggapan yang sebenarnya kurang tepat ini. Berikut DR. dr. Rino A. Gani. Sp.PD, K-GEH, FINASIM, akan menjelaskannya.

Berbeda dengan Virus Hepatitis B dan C
Ada beberapa golongan masyarakat yang menganggap bahwa penyakit hepatitis A,jika tidak diobati dengan tuntas,akan berlanjut menjadi hepatitis B kemudian C. Dr. Rino menjelaskan bahwa pengertian yang salah seperti ini masih banyakterjadi di masyarakat. Padahal, hepatitis A, B, dan C adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis virus yang berbeda.Hingga saat ini ada banyak sekali jenis virus hepatitis yang ditemukan, namun yang terbanyak di Indonesia adalah jenis virus hepatitis A,B,C,dan D.
Jika seseorang terinfeksi virus hepatitis A, maka penyakit tersebut tidak akan berubah menjadi hepatitis B atau C. Demikian juga sebaliknya. Dr. Rino juga menambahkan bahwa hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang sifatnya akut, yaitu berlangsung selama kurang dari 6 bulan. Sedangkan hepatitis B dan C bersifat kronik, yang bisa berlangsung lebih dari 6 bulan.
Perlu diingat bahwa penyakit hepatitis atau peradangan hati tidak hanya disebabkan oleh keempat jenis virus hepatitis di atas. Namun juga bisa disebabkan oleh virus Dengue dan HIV. Bedanya, kedua virus ini tidak hanya menginfeksi hati (liver) saja, sedangkan virus hepatitis A, B, dan C hanya menginfeksi hati.

Penularan lewat Fekal-Oral.
Penularan penyakit ini adalah melalui jalur fekal-oral. Artinya, seseorang bisa tertular melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar oleh virus hepatitis A yang berasal dari feses (kotoran/tinja) penderita hepatitis A. Makanan yang tidak dicuci dengan baik atau dimasak setengah matang biasanya menjadi media yang baik bagi virus ini. Minuman yang sumbernya sudah tercemar oleh virus hepatitis A juga bisa menjadi sumber penularan.
Dr. Rino menekankan, saling berbagi tempat makan atau rninum tidak akan menularkan penyakit ini. Kecuali, jika penderitanya tidak memperhatikan kebersihannya, misalnya tidak mencuci tangan dengan baik sehabis dari buang air besar (BAB) kemudian makan bersama. Dengan demikian, tangannya sudah terkontaminasi oleh virus hepatitis A yang terda pat di fesesnya. Dengan kata Iain, percikan ludah tidak menyebabkan seseorang tertular hepatitis A.

Soal Pemberian Air Gula.
Ada kepercayaan yang berkembang di masyarakat soal pemberian air gula pada orang yang sedang sakit kuning. Hal ini juga kerap kali berlaku pada mereka yang mengidap hepatitis A. Mengapa dernikian? Dr.Rino mengatakan bahwa pemberian air gula pada penderita hepatitis A boleh saja dilakukan. Karena pada keadaan ini sebenarnya hati sedang mengalami peradangan. Padahal hati adalah organ yang berperan panting dalam metabolisme zat gizi yang masuk ke dalam tubuh, termasuk guIa. Jika hati mengalami peradangan, maka fungsinya sebagai pengatur akan berkurang. Akibatnya, makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat dimetabolisme dengan sempurna sehingga tubuh terasa lemas. Oleh karena itu, pada penderita hepatitis A boleh diberikan air gula untuk mengembalikan kondisi tubuhnya sekaligus memberikan energi bagi tubuh.
Namun demikian, hati adaiah organ yang memiliki kapasitas besar untuk tumbuh kembali. Jika tiga perempat bagian hati diambil maka sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran semula dan bentuknya normal dalam periode tertentu.
Selain metabolisme zat-zat gizi, hati memiliki lebih dari 500 fungsi, di antaranya: melawan infeksi; memproduksi senyawa getah empedu yaitu senyawa yang berfungsi penting dalam sistem pencernaan makanan; menyimpan zat besi, vitamin, dan bahan-bahan kimia lain yang penting; mengontrol kadar lemak, gula, dan asam amino dalam darah; serta detoksifikasi atau membuang zat-zat beracun dalam tubuh.

Kuning Berarti Fase Penyembuhan.
Perjalanan infeksi virus hepatitis A dirnulai dari masa inkubasi, yaitu periode dimana virus sudah masuk ke dalam tubuh namun belum menimbulkan gejala apapun. Masa inkubasi ini berkisar antara 2 minggu hingga 1,5 bulan. Setelah masa ini, penderita mulai merasakan gejalagejala tidak seperti demam, Iemas, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, nyeri perut kanan atas, kembung,serta diare.Sete|ah 1 minggu, beberapa pasien dapat terfihat kuning disertai rasa gatal,buang air kecil seperti teh, dan tinja berwarna pucat. Inilah sebabnya penyakit hepatitis sering disebutjuga sakit kuning.Bagian tubuh yang jelas tampak kuning antara lain konjungtiva mata (bagian putih mata) serta telapak tangan.
Pada pasien yang sudah menunjukkan gejala, biasanya virus sudah tidak ada dalam darah, namun dapat ditemukan di feses penderita. Oleh karenanya, fase ini penderita dapat menularkan virus hepatitis A kepada orang Iain. Pada pemeriksaan laboratorium, tampak pada tes fungsi hati, SGOT/SGPT mulai meningkat.
Khusus pada penyakit hepatitis A, peningkatan ini bisa lebih dari 10 kali lipat. Kemudian kadarnya berangsur normal dalam beberapa minggu yang kemudian diikuti dengan kuning pada tubuh. Nah, pada fase kuning, sebenarnya penya kit hepatitis A sudah masuk fase penyembuhan.Jika ge-jalagejala yang dirasakan sebelumnya sudah mulai berkurang, maka kuning yang masih nampakdi tubuh penderita tidak perlu dirisaukan. Kecuali keadaannya sernakin memburuk, bisa jadi ia mengalami hepatitis fulminant (berat). Dr. Rino mengatakan warna kuning bisa bertahan hingga 1 bulan sejak gejala tidak muncul.

Vaksin Hepatitis A.
Vaksin hepatitis A saat ini sudah banyak dilakukan pada balita. Pemerintah mengajurkan pemberiannya pada anak usia 2 hingga T2 tahun. Meskipun bukan imunisasi wajib, namun pernberian vaksinasi ini 95% dapat melindungi anak seumur hidup. Meski demikian, vaksinasi secara massal tidak dianjurkan oleh Departemen Kesehatan.Karena pada kenyataannya Indonesia adalah negara dengan prevalensi tinggi hepatitis A. Bahkan 80% penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun diperkirakan sudah terinfeksi hepatitis A.
Perlu diketahui bahwa terinfeksi adalah masuknya virus ke dalam tubuh, yang belum tentu menimbulkan penyakit. Se-bagian besar orang yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala tetapi dalam tubuh sudah terbentuk antibodi yang melindunginya terhadap virus hepatitis A seumur hidup. Namun ada juga dari mereka yang terinfeksi kemudian timbul gejala (inilah yang dinamakan sakit hepatitis A). Dikatakan oleh dr. Rino, keadaan ini sangat tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing individu.

Berdasarkan kenyataan di atas maka pemberian vaksinasi hepatitis A pada orang dewasa atau vaksinasi secara massal tidak terlalu dianjurkan pada masyarakat Indonesia. Namun, vaksinasi hepatitis A masih diperlukan bagi penduduk negara lain yang prevalensi terhadap hepatitis A-nya rendah (terutama negara maju),jika mereka ingin datang ke Indonesia.
Dr. Rino menambahkan, tinggi rendahnya prevalensi hepatitis A suatu negara sangat tergantung dari tingkat ekonomi, pendidikan, dan sanitasi penduduknya. Oleh karena itu, hepatitis A masih tergolong tinggi di banyak negara berkembang dan relatif sangat rendah di negara-negara maju.

Cuci Tangan adalah Pencegahan Terampuh.Seperti kebanyakan penyakit infeksi lainnya, pencegahan merupakan langkah utama dalam menanggulangi hepatitis A. Pencegahan penularan hepatitis A dapat bersifat dan non spesifik. Pencegahan non dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan, minuman, dan lingkungan sekitar. Sedangkan pencegahan adalah dengan vaksinasi.
Menjaga kebersihan adalah cara terbaik dalam upaya pencegahan hepatitis A.Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci bahan makanan sebelum dimasak dapat mengurangi jumlah virus hepatitis A dalam bahan makanan tersebut. Virus hepatitis A pun akan terinaktivasi (lemah) bila bahan makanan dimasak pada suhu minimal 85°C selama 1 menit.
Mencuci tangan dengan sabun di bawah air yang mengalir juga dapat rnencegah penyakit hepatitis A. Tindakan inilah yang harus digalakkan agar dapat diterapkan oleh semua Iapisan masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa. Meski pelaksanaannya sangat mudah, tindakan ini dapat menghindarkan kita dari hepatitis A, juga beragam penyakit infeksi lainnya seperti diare dan ISPA.
Dr. Rina Metalapa.

1 comment:

  1. Bagaimana dok , jika seseorang ibu menyusui terkena hepatitis , Apakah akan menular ke bayinya ?

    ReplyDelete