Bagi
perempuan, cankers serviks(leher rahim) menjadi momok yang sangat menakutkan,
karena kini tercatat sebagai pembunuh no 1. Kenapa bisa kecolongan? Karena
gejala baru dirasakan saat kanker telah memasuki stadium lanjut. Apa penyebab
cankers serviks dan bagaimana cara mencegahnya?
KANKER
SERVIKS BISA DICEGAH
Menurut badan kesehatan Dunia (WHO),
sebanyak 630juta perempuan terkena kanker serviks (leher tahun), dan setiap
harinya 600 nyawa melayang karenanya. Dari jumlah tersebut, Indonesia merupakan salah satu
Negara yang prevalensi kanker serviks tertinggi di dunia. Dari cacatan yayasan
kanker Indonesia, 20% perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari karena kanker leher rahim, dan setiap harinya
pula 41 perempuan terdeteksi kanker serviks, dengan presentase meninggal 66%
sebenarnya, penyebab kanker serviks itu?
PEREMPUAN
BERISIKO TINGGI HPV
Sedemikian fatal kanker leher rahim
mengancam jiwa perempuan , tetapi masyarakat, utamanya perempuan, belum banyak
yang tahu persis penyebabnya. Dr. Lalla Nurana SpOG(K) dari Divisi Onkologi
Ginekologi, Departemen Obsterti Ginekologi IUSCM mengungkapkan , kanker serviks
terjadi akibat infeksi yang di bedahkan oelh Human Bat Infeksi yang disebabkan
oleh human papaillopa virus(HIV). Masa infektasi HPV menjadi kanker
sesungguhnya cukup lama, antara 3- 17 tahun, tetapi karena gejala infeksi tidak
terasa, maka penanganannya jadi melambat. Infeksi telah berkembang menimbukan
sel kanker. Jadi, pasien pemeriksaan diri ke doker saat gejala dirasakan, tapi
kanker sudah masuk stadium lanjut.
“Fase Infeksi HPV terbagi 3: dispasia
ringan, sedang dan berat. Bila infeksi HPV ditangani sejak dini, kemungkinan
untuk sembut masih tinggi,” ungkap Dr
Laila. “ Infeksi Akibat perilaku seksual, yang paling tinggi persentasenya
adalah HPV(34,5%), lalu HIV(1,36%), diikuti kemudian olh shypilis dan hepatitis
B. hampir 80 % perempuan yang pernah berhubungan seksual akan terpapar HPV,
baik dari organ genital ke oragan genital atau oral kegenital
Perempuan yang belum pernah berhubungan
seksual memiliki risiko tertularjauh lebih kecil,mesti tidak bisa terbebas dari
virus itu. Misalnya, penularan HPV dan bakteri bisa jerjadi saat buang air
kecil di toilet umum.
“Namu, yang paling beresiko terinfekso
HPV adalah perempuan yang aktif secara seksual dan berganti pasangan. Sebelum
usia 16 tahun. Risiko terkena kanker pun 2xlipat lebih tinggi dari pada yang
berhubungan seksual setelah usia 20 tahun,” lanjut Dr Laila
Perempuan dengan satu pasangan juga tetap
menghadapin resiko terinfekdi HPV jika pasangannya suka berganti ganti pasangan
seksual. Fakta lain terungkap, penularan HPV, jauh lebih mudah ketimbang HIV, risiko penularan virus
IIIV dapat di tekan dengan penggunaan kondom, sementara HPV tidak.
DETEKSI
DINI CEGAH RISIKO KANKER
Satu fakta menyatakan gejala tertularnya
seseorang oleh HPV hampir tidak terdeteksi secara awam. Tahu tahu setelah
gejala terasa,infeksi adanya HPV melalu screening(tes) agar infeksi bisa
ditanggulangi dengan baik. Bila hasil tes negate, ada langkah pencegahannya.
Yaitu melalui vaksinasi. Ingat , meski kanker serviks berada di posisi
tertinggi penyebab kematian perempuan,kanker servis tetap dapat bisa dicefah. Upayanya pencegahan
kanker serviks melalui dua cara: prier dan sekunder.
Penanganan primer melalui program
penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebab kanker serviks, langkah
pencegahan dan upaya penanganan jika terlah terinfeksi HPV. Juga melakukan
pencegahan dengan menghindari factor risiko, seperti tidak melakukan seks bebas
yang berganti pasangan, tidak menikah atau berhubungan seksual di bawah usia 16
tahun, serta mengadopsi pola hidup dan pola makan yang sehat.
Adapun upaya pencegahan sekunder dengan
screening melalui pemeriksaan standard
untuk mendeteksi kanker leher rahim pada perempuan menikah atau yang aktif secara
seksual. Caranya dengan mengampil sampel sel-sel pada leher rahim menggunakan
pengerik.
Ada juga IVA Test,
yaitu metode deteksi virus HPV dengan inspeksi visual menggunakan asam ketat.
Relative lebih mudah dan murah pelaksanaannya dan mudah dan murah penaksanaan
dan bisa dilakukan di tinggkat puskesmas. Caranya dengan mengoles asam asestat
atau cuka pada leher rahim , lalai diamati! Dan jika terdapat perubahan warna
berarti terjadi infeksi pada serviks.
Kanker serviks dapat dicegah dengan
vaksinasi,sayangnya biayanya relative mahal dibandingkan pap smear di VIA Test.
Harganya dalam kisaran antara 600 ribu hingga 1,3 juta rupiah diberikan 1-3
kali. Vaksin in efek untuk remaja atau maksimal sebelum
usia 26 tahun. Di sejumlah Negara maju, vaksin HPV wajib diberikan pada remaja
perempuan sebelum berusia dewasa. Saat ini baru terdapat dua vaksin, yaitu:
untuk HPV tipe 16 dan 18. Namun dengan cross protection, vaksin ini juga bisa
untu HPV tipe 31 dan 33 ,sebagai info, ada 8 tipe virus HPV penyebab kanker
tipe 16,18,31,33,45,52,dan 58.
JANGAN TUNGGU KELUHAN
Berdasarkan
survey di Sembilan Negara termasuk Indonesia yang melibatkan 5.423 responden
perempuan asia, terdapat hanya 2% perempuan yang tahu kalau infeksi human
papilloma virus(HPV) menyebabkan kanker serviks. Dari fakta tersebut,bisa
disimpulkan betapa masih minimnya pengetahuan perempuan mengenai penyebab
kanker serviks. Ini jelas member konstribusi makin meningkatnya jumlah
penderita kanker serviks setiap tahun.
Di RSCM
sendiri menurut Dr.Laila diperkirakan terdapat 250-300 pasien kanker serviks
dalam setahun. Mayoritas pasien berusia antara 30-50 tahun namun ada pula yang
di bawah 30 tahun. Sekitar 70% di antaranya dating dengan keluhan seperti nyeri
saat buang air kecil atau disertai darah, nyeri punggung, hingga gangguan buang
air besar. Sayang sekali, karena keluhan ini
pertanda kanker telah masuk stadium lanjut.
“Karena itu
jangan menunggu sampai mengalami keluhan. Bagi perempuan yang telah menikah
atau aktif secara seksual, segera periksakan diri dengan pap smear. Yang masih lajang, pergilah ke dokter untuk mendeteksi
hal ini dengan IVA Test. Setelah itu ikuti vaksin untuk mencegah terjadinya
kanker serviks,” pesan Dr.Laila.
Ditambahkannya,
jika telah terdeteksi adanya kanker serviks, tekunlah berobat, banyak kasus
dijumpai di RSCM, pasian yang awal dating masih dalam stadium dini dan bisa
diobati, akhirnya beralih ke pengobatan alternative, namun tidak sembuh, lalu
kembali lagi dalam kondisi parah.
Kini
pemerintah dan tim medis membangun female cancer programme yang mempunyai
wilayah binaan di beberaa kota besar seperti Jakarta, bandung, Yogyakarta,
Surabaya, medan, Makassar, dan beberapa kota lainnya. Disini dapat diperoleh
penyuluhan kesehatan dengan membangun kesadaran masyarakat tentang HPV dan kanker
serviks juga dilakukan pelaksanaan screening yang di berikan secara gratis,
serta pelatihan kepada tenaga medis.
Diungkapkan
Dr. Laila lebih lanjut, upaya pencegahaan kanker serviks dengan metode IVA Test
sudah dapat dilakukan tim medis pada tingkat pelayanan medis terkecil seperti
puskesmas.
“IVA Test
Adalah cara mendeteksi kanker yang jauh lebih murah dan mudah dibandingkan
metode pap smear yang membutuhkan keahlian patologis. Dengan IVA Test, para
tenaga medis dan tokoh masyarakat dapat dilatih melakukannya,” ujarnya.
Diharapkan
Dr.Laila lebih jauh, gerakan mendeteksi dengan IVA Test ini dapat dilakukan di
tingkat puskesmas di seluruh pelosok Tanah Air.
Kini
penyuluhan pencegahan kanker serviks yang dilakukan pemerintah dengan para
tenaga medis sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan di masa lalu. Diharapkan
, peran aktif masyarakat mencari pengetahuan tentang kesehatan alat reproduksi
akan berdampak positif bagi kualitas kesehatan perempuan itu sendiri. (Risma hasnawaty)
Pedoman Deteksi Diri Kanker Serviks
Pap smear
dapat dilakukan di rumah sakit, klinik dokter kandungan dan laboratorium
terdekat. Perosedurnya relative cepat, hanya memerlukan waktu beberapa menit,
dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dilakukan dalam keadaan tidak haid atau
hamil. Untuk mendapatkan hasil tes yang terbaik, minimal 3 hari menjelang
pemeriksaan tidak berhubungan intim dulu.
Beberapa
wanita berpendapat bahwa mereka bisa berhenti melakukan pap smear setelah
mereka berhenti melakukan melahirkan. Persepsi yang keliru. Beberapa pedoman
bisa dicermati:
1. Pap smear
dilakukan sekitar 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pada udia tidak
lebih dari 21 tahun..
2. Pap smear harus
diulang setiap tahun jika tes menggunakan metode pap smear biasa. Atau diulangi
tiap 2 tahun sekali jika metode pa smear menggunakan jenis cairan.
3. Mulai usia 30
tahun, hasil tes normal sebanyak 3x berturut-turut dapat menjalani pap- smear
setiap 2-3 tahun sekali. Perempuan di atas usia 30 tahun sebaikny pap smear
setiap 3 tahun sekali, plus tes HPV DNA.
4. Perempuan dengan
factor risiko tertentu (infeksi HIV atau memiliki imunitas lemak) harus pap
smear setiap tahunnya.
5. Adapun perempuan
berusia 70 tahun ke atas dapat berhenti menjalani pap smear asalkan hasil pap
smear normal selama 3 than berturut-turut dan dalam 10 tahun terakhir, tidak
menunjukkan adanya sel” abnormal. Tapi bagi penderita kanker serviks atau
beresiko tinggi lain ( seperti disebutkan di atas) harus terus pap smear meski
secara keseluruhan sehat.
6. Perempuan yang
pernah menjalani total histerektomi dapat berhenti pap smear, kecuali ia pernah
dibedah karena kanker serviks atau pra- kanker. Pasien histerektomi sederhana (
leher rahim tidak diangkat). Mesti tetap melakukan pap smear. (RH/sumber: cancerhelps.com)
terimakasih banyak untuk pembahasannya ini sangat membantu
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-kanker-serviks/