Friday, May 17, 2013

Mencegah Kanker Serviks



Bagi perempuan, cankers serviks(leher rahim) menjadi momok yang sangat menakutkan, karena kini tercatat sebagai pembunuh no 1. Kenapa bisa kecolongan? Karena gejala baru dirasakan saat kanker telah memasuki stadium lanjut. Apa penyebab cankers serviks dan bagaimana cara mencegahnya?

KANKER SERVIKS BISA DICEGAH
Menurut badan kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 630juta perempuan terkena kanker serviks (leher tahun), dan setiap harinya 600 nyawa melayang karenanya. Dari jumlah tersebut, Indonesia merupakan salah satu Negara yang prevalensi kanker serviks tertinggi di dunia. Dari cacatan yayasan kanker Indonesia, 20% perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari  karena kanker leher rahim, dan setiap harinya pula 41 perempuan terdeteksi kanker serviks, dengan presentase meninggal 66% sebenarnya, penyebab kanker serviks itu?

PEREMPUAN BERISIKO TINGGI HPV      
Sedemikian fatal kanker leher rahim mengancam jiwa perempuan , tetapi masyarakat, utamanya perempuan, belum banyak yang tahu persis penyebabnya. Dr. Lalla Nurana SpOG(K) dari Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obsterti Ginekologi IUSCM mengungkapkan , kanker serviks terjadi akibat infeksi yang di bedahkan oelh Human Bat Infeksi yang disebabkan oleh human papaillopa virus(HIV). Masa infektasi HPV menjadi kanker sesungguhnya cukup lama, antara 3- 17 tahun, tetapi karena gejala infeksi tidak terasa, maka penanganannya jadi melambat. Infeksi telah berkembang menimbukan sel kanker. Jadi, pasien pemeriksaan diri ke doker saat gejala dirasakan, tapi kanker sudah masuk stadium lanjut.
“Fase Infeksi HPV terbagi 3: dispasia ringan, sedang dan berat. Bila infeksi HPV ditangani sejak dini, kemungkinan untuk sembut  masih tinggi,” ungkap Dr Laila. “ Infeksi Akibat perilaku seksual, yang paling tinggi persentasenya adalah HPV(34,5%), lalu HIV(1,36%), diikuti kemudian olh shypilis dan hepatitis B. hampir 80 % perempuan yang pernah berhubungan seksual akan terpapar HPV, baik dari organ genital ke oragan genital atau oral kegenital
Perempuan yang belum pernah berhubungan seksual memiliki risiko tertularjauh lebih kecil,mesti tidak bisa terbebas dari virus itu. Misalnya, penularan HPV dan bakteri bisa jerjadi saat buang air kecil di toilet umum.
“Namu, yang paling beresiko terinfekso HPV adalah perempuan yang aktif secara seksual dan berganti pasangan. Sebelum usia 16 tahun. Risiko terkena kanker pun 2xlipat lebih tinggi dari pada yang berhubungan seksual setelah usia 20 tahun,” lanjut Dr Laila
Perempuan dengan satu pasangan juga tetap menghadapin resiko terinfekdi HPV jika pasangannya suka berganti ganti pasangan seksual. Fakta lain terungkap, penularan HPV, jauh lebih  mudah ketimbang HIV, risiko penularan virus IIIV dapat di tekan dengan penggunaan kondom, sementara HPV tidak.

DETEKSI DINI CEGAH RISIKO KANKER
Satu fakta menyatakan gejala tertularnya seseorang oleh HPV hampir tidak terdeteksi secara awam. Tahu tahu setelah gejala terasa,infeksi adanya HPV melalu screening(tes) agar infeksi bisa ditanggulangi dengan baik. Bila hasil tes negate, ada langkah pencegahannya. Yaitu melalui vaksinasi. Ingat , meski kanker serviks berada di posisi tertinggi penyebab kematian perempuan,kanker servis  tetap dapat bisa dicefah. Upayanya pencegahan kanker serviks melalui dua cara: prier dan sekunder.

Penanganan primer melalui program penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebab kanker serviks, langkah pencegahan dan upaya penanganan jika terlah terinfeksi HPV. Juga melakukan pencegahan dengan menghindari factor risiko, seperti tidak melakukan seks bebas yang berganti pasangan, tidak menikah atau berhubungan seksual di bawah usia 16 tahun, serta mengadopsi pola hidup dan pola makan yang sehat.

Adapun upaya pencegahan sekunder dengan screening melalui pemeriksaan  standard untuk mendeteksi kanker leher rahim pada perempuan menikah atau yang aktif secara seksual. Caranya dengan mengampil sampel sel-sel pada leher rahim menggunakan pengerik.
Ada juga IVA Test, yaitu metode deteksi virus HPV dengan inspeksi visual menggunakan asam ketat. Relative lebih mudah dan murah pelaksanaannya dan mudah dan murah penaksanaan dan bisa dilakukan di tinggkat puskesmas. Caranya dengan mengoles asam asestat atau cuka pada leher rahim , lalai diamati! Dan jika terdapat perubahan warna berarti terjadi infeksi pada serviks.
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi,sayangnya biayanya relative mahal dibandingkan pap smear di VIA Test. Harganya dalam kisaran antara 600 ribu hingga 1,3 juta rupiah diberikan 1-3 kali. Vaksin in efek untuk remaja atau maksimal sebelum usia 26 tahun. Di sejumlah Negara maju, vaksin HPV wajib diberikan pada remaja perempuan sebelum berusia dewasa. Saat ini baru terdapat dua vaksin, yaitu: untuk HPV tipe 16 dan 18. Namun dengan cross protection, vaksin ini juga bisa untu HPV tipe 31 dan 33 ,sebagai info, ada 8 tipe virus HPV penyebab kanker tipe 16,18,31,33,45,52,dan 58.


JANGAN TUNGGU KELUHAN
Berdasarkan survey di Sembilan Negara termasuk Indonesia yang melibatkan 5.423 responden perempuan asia, terdapat hanya 2% perempuan yang tahu kalau infeksi human papilloma virus(HPV) menyebabkan kanker serviks. Dari fakta tersebut,bisa disimpulkan betapa masih minimnya pengetahuan perempuan mengenai penyebab kanker serviks. Ini jelas member konstribusi makin meningkatnya jumlah penderita kanker serviks setiap tahun.
Di RSCM sendiri menurut Dr.Laila diperkirakan terdapat 250-300 pasien kanker serviks dalam setahun. Mayoritas pasien berusia antara 30-50 tahun namun ada pula yang di bawah 30 tahun. Sekitar 70% di antaranya dating dengan keluhan seperti nyeri saat buang air kecil atau disertai darah, nyeri punggung, hingga gangguan buang air besar. Sayang sekali, karena keluhan ini pertanda kanker telah masuk stadium lanjut.

“Karena itu jangan menunggu sampai mengalami keluhan. Bagi perempuan yang telah menikah atau aktif secara seksual, segera periksakan diri dengan pap smear. Yang masih lajang, pergilah ke dokter untuk mendeteksi hal ini dengan IVA Test. Setelah itu ikuti vaksin untuk mencegah terjadinya kanker serviks,” pesan Dr.Laila.
Ditambahkannya, jika telah terdeteksi adanya kanker serviks, tekunlah berobat, banyak kasus dijumpai di RSCM, pasian yang awal dating masih dalam stadium dini dan bisa diobati, akhirnya beralih ke pengobatan alternative, namun tidak sembuh, lalu kembali lagi dalam kondisi parah.
Kini pemerintah dan tim medis membangun female cancer programme yang mempunyai wilayah binaan di beberaa kota besar seperti Jakarta, bandung, Yogyakarta, Surabaya, medan, Makassar, dan beberapa kota lainnya. Disini dapat diperoleh penyuluhan kesehatan dengan membangun kesadaran masyarakat tentang HPV dan kanker serviks juga dilakukan pelaksanaan screening yang di berikan secara gratis, serta pelatihan kepada tenaga medis.
Diungkapkan Dr. Laila lebih lanjut, upaya pencegahaan kanker serviks dengan metode IVA Test sudah dapat dilakukan tim medis pada tingkat pelayanan medis terkecil seperti puskesmas.
“IVA Test Adalah cara mendeteksi kanker yang jauh lebih murah dan mudah dibandingkan metode pap smear yang membutuhkan keahlian patologis. Dengan IVA Test, para tenaga medis dan tokoh masyarakat dapat dilatih melakukannya,” ujarnya.
Diharapkan Dr.Laila lebih jauh, gerakan mendeteksi dengan IVA Test ini dapat dilakukan di tingkat puskesmas di seluruh pelosok Tanah Air.
Kini penyuluhan pencegahan kanker serviks yang dilakukan pemerintah dengan para tenaga medis sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan di masa lalu. Diharapkan , peran aktif masyarakat mencari pengetahuan tentang kesehatan alat reproduksi akan berdampak positif bagi kualitas kesehatan perempuan itu sendiri. (Risma hasnawaty)


Pedoman Deteksi Diri Kanker Serviks
Pap smear dapat dilakukan di rumah sakit, klinik dokter kandungan dan laboratorium terdekat. Perosedurnya relative cepat, hanya memerlukan waktu beberapa menit, dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dilakukan dalam keadaan tidak haid atau hamil. Untuk mendapatkan hasil tes yang terbaik, minimal 3 hari menjelang pemeriksaan tidak berhubungan intim dulu.
Beberapa wanita berpendapat bahwa mereka bisa berhenti melakukan pap smear setelah mereka berhenti melakukan melahirkan. Persepsi yang keliru. Beberapa pedoman bisa dicermati:
1.      Pap smear dilakukan sekitar 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pada udia tidak lebih dari 21 tahun..
2.      Pap smear harus diulang setiap tahun jika tes menggunakan metode pap smear biasa. Atau diulangi tiap 2 tahun sekali jika metode pa smear menggunakan jenis cairan.
3.      Mulai usia 30 tahun, hasil tes normal sebanyak 3x berturut-turut dapat menjalani pap- smear setiap 2-3 tahun sekali. Perempuan di atas usia 30 tahun sebaikny pap smear setiap 3 tahun sekali, plus tes HPV DNA.
4.      Perempuan dengan factor risiko tertentu (infeksi HIV atau memiliki imunitas lemak) harus pap smear setiap tahunnya.
5.      Adapun perempuan berusia 70 tahun ke atas dapat berhenti menjalani pap smear asalkan hasil pap smear normal selama 3 than berturut-turut dan dalam 10 tahun terakhir, tidak menunjukkan adanya sel” abnormal. Tapi bagi penderita kanker serviks atau beresiko tinggi lain ( seperti disebutkan di atas) harus terus pap smear meski secara keseluruhan sehat.
6.      Perempuan yang pernah menjalani total histerektomi dapat berhenti pap smear, kecuali ia pernah dibedah karena kanker serviks atau pra- kanker. Pasien histerektomi sederhana ( leher rahim tidak diangkat). Mesti tetap melakukan pap smear. (RH/sumber: cancerhelps.com)





1 comment:

  1. terimakasih banyak untuk pembahasannya ini sangat membantu

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-kanker-serviks/

    ReplyDelete