MENGAPA
ADA YANG HAMIL DI ATAS 60 TAHUN
Banyak wanita yang mempertanyakan mengapa
hamil di usia 40-an dianggap memiliki resiko tinggi. Di atas usia 35 tahun saja
sebenarnya sudah termasuk rawan, aik untuk sang ibu( seperti tekanan darah
tinggi dan pre-eklampsia), ( seperti risiko down syndrome). Tetapi , mengapa
ada wanita yang hamil di atas usia 60 tahun?
Itulah yang
dialami seorang perempuan berusia 61 tahun di brasil. Ia sedang menantikan bayi
pertamanya yang telah memicu perdebatan di negaranya, mengenai kapan sebenarnya
seorang perempuan sudah terlambat untuk melahirkan.
Perempuan
yang menjadi kontroversi itu-kasusnya telah muncul di media local- meminta agar
namanya tak disebutkan karena akan mempersulit ruang geraknya nanti. Iah sudah
memasukin masam menopause dan menikah dengan seorang pria berusia 38 tahun. Ia
pun hamil dengan telur donor. Jika sesuai jadwal, ia akan melahirkan pada bulan
November tahun ini.
“saya sudah
memasuki menopause. Suami saya ingin jadi ayah. Saya juga ingin menjadi ibu. Saya sangat sehat
dan saya telah menjalani pemeriksaan medis,” kata perempuan itu kepada harian O
Globo. Menurutnya, ia tidak berencana member tahu putrinya kelak bahwa ia telah
menggunakan telur donor untuk bisa hamil. Dan menganggap kehamilannya tidak
membahayakan kesehatan bayi maupun dirinya.
Hal serupa
juga terjadi di India. Pada bula juli 2006, Rajo Devi
menjadi ibu tertua di dunia. Rajo melahirkan bayi kembar setelah menjalani
pembuahan buatan(fertilisasi in vitro), ketika usianya menginjak 70 tahun. Iah
dan suaminya, bala ram 72 tahun, sudah menikah, sudah menikah selama lima puluh
tahun, namun belum dikaruniai anak.
Dokter Anurag
Bishnoi dari pusat fertilisasi di Negara bagian Haryana, India, mengatakan
bahwa Rajo Devi dan suaminya belum memiliki anak dan ingin sekali memilikinya,
sehingga meminta pusat fertilisasi embantu keinginan mereka. Pemindahan embrio
pun dilakukan pada 19 april 2005. Seperti diberitakan harian Hindustan times,
kondisi ibu yang sudah lebih pantas di panggil nenek itu dan bayinya sehat.
Dalam ilmu
kedokteran, menurut nurul alfriana Sp.OG,usia reproduksi sehat untuk hamil
antara 25-30 tahun, sehingga, dari segi kesehatan reproduksi, sebetulnya sehat
untuk hamil ternyata kemudian hamil, berarti risiko itu telah terlewati.
Hanya saja,
seperti diakui dokter yang bekerja di RS jati Sampurna dan RS permata cibubur,
usia ini memang tergolong berisiko tinggi dalam kehamilan. Yakni, melahirkan
bayi dengan sindroma down, yang berciri khas berbagai tingkat keterbelakangan
mental, cirri wajah tertentu, berkurangnya tonus otot, dan sebagainya. “ Risiko
ini kaan meningkat sesuai dengan usia ibu, yakni 6-8 per mil untuk usia 35
sampai 39 tahun dan 10-15 per mil untuk usia diatas 40 tahun,” ujar nurul.
Kelainan
kromoson dan lainnya yang diperkirakan karena sel telur sudah berusia lanjut,
terkena radiasi, terpengaruh obat-obatan, infeksi, dan sebagainya, diduga
merupakan penyebab sindroma down.
Untuk
mencermati adanya sindroma ini, dapat
dilakukan pemeriksaan amniosentesis, pada pemeriksaan ini cairan ketuban
diambil melalui perut ibu. Bisa juga
dilakukan dengan cara kordosentesis. “ bedanya, jika amniosentesis
mengambil cairan ketuban, pada kordosentesis diambil sampel darah janin dari
tali pusat.” Jelas ibu dari lima anak ini.
Pemeriksaan
itu sendiri bisa dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 16-20 minggu. Jika ditemukan kelainan, dokter akan menyerahkan
keputusan pada pasangan suami-istri. Apakah akan meneruskan kehamilan atau
menggugurkannya. Jika memaksa melahirkan bayi dengan down sindroma, makin
tinggi usia ibu makin tinggi pula risiko untuk melahirkan. Hal ini dapat
berisiko bagi kesehatan ibu sendiri. Bahkan, risiko kematian pun meningkat. Ada
beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil usia ini, seperti perdarahan
postpartum (sesudah melahirkan), hipertensi, dan eklampsia.
Lebih menjaga kandungan
Namun banyak
juga wanita yang hamil di usia 40-an ternyata berhasil menjalani kehamilan yang
sehat dan melakukan bayi yang sehat pula. Dan wanita hamil pada usia 40-an
biasanya lebih berhati-hati terhadap kehamilannya dibandingkan wanita yang
lebih muda. Mereka akan lebih mencari dan meyerap informasi dengan baik tentang
kondisi” dan risiko” tang mungkin terjadi pada kehamilan mereka. Mereka
biasanya lebih sering bertanya tentang perkembangan janin mereka. Mereka juga
lebih mementingkan perawatan pre-natal dan biasanya mempersiapkan diri mereka
lebih baik sebelum hamil, jika kehamilan tersebut memang direncanakan. Karena
itu pada ilmuwan sekarang mempercayai bahwa risiko ibu hamil di usia yang lebih
lanjut tidak meningkat secara tajam hanya karena factor usia saja.
“ Adakalanya
justru ibu ang memulai kehamilan di usia ini, jauh lebih mentap, sebab,
biasanya telah mempersiapkan segalanya dengan matang sejak memulai pernikahan,”
tambah nurul. Sebaliknya, ibu yang tak siap mental, lebih disebabkan ia merasa
tak percaya diri menghadapin kehamilannya. Ia merasa sudah cukup tua, sehingga
menganggap dirinya tak mampu untuk melahirkan dengan sehat.
Kendati
demikian, pada dasarnya menjalani kehamilan pada usia di atas 40 tahun, tak
berbeda dengan usia lain. Yang terpenting dan pertama ialah kesiapan ibu
menjalanii kehamilan itu. Nah, dengan
perawatan pralahir yang baik, maka inu hamil berisiko pun bisa mengurangi
risiko tersebut.
Apa saja
perawatan pralahir itu? “ Salah satunya tentu dengan pemeriksaan rutin oleh
dokter atau bidan,” ujar nurul. Dengan demikian ,
jika ada gangguan atau kelainan akan segera bisa diketahui dan ditangani. Bahkan,
menjelang kehamilan, calon ibu harus menyiapkan diri dengan pemeriksaan untuk
berbagai infeksi, seperti TORCH(toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,dan
sebagainya).
Juga amat
perlu menjaga menu makanan. “ Ibu harus melakukan diet yang baik. Artinya,
mengonsumsi makanan cukup gizi, bukan Cuma untuk si ibu, tapi juga demi si
janin,” ujar nurul. Dengan menajalani diet, si ibu sekaligus bisa mencapai
berat badan ideal (tak lebih dan tak kurang) sehingga ibu bisa terhindar dari
berbagai komplikasi seperti sakit gula, tekanan darah tinggi, varises, wasir,
berat lahir bayi yang rendah, atau kesulitan persalinan karena ukuran bayi yang
terlalu besar.
Selain itu,
bergaya pola hidup sehat seperti menjauhi rokok, alcohol, dan oat-obatan yang
tak perlu, juga akan sangat membantu. Dengan demikian risiko calon ibu menjadi
berkurang dan si ibu pun bisa menjalani kehamilan serta persalinan dengan
lancar. Jadi, tak ada yang perlu di khawatirkan lagi.
Memang benar
bahwa risiko akan bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat
hamil, namun dengan persiapan yang lebih matang, informasi yang lebih lengkap,
serta bantuan tenaga kesehatan yang lebih sigap dan informative terhadap
kondisi kehamilan berisiko tinggi akan membantu sang calin ibu untuk bisa tetap
percaya diri, sehat, dan semangat saat menjalani kehamilannya. (Astrid Riantiningthias)
No comments:
Post a Comment