Tuesday, May 14, 2013

Risiko Kehamilan di Usia Tua



MENGAPA ADA YANG HAMIL DI ATAS 60 TAHUN

Banyak wanita yang mempertanyakan mengapa hamil di usia 40-an dianggap memiliki resiko tinggi. Di atas usia 35 tahun saja sebenarnya sudah termasuk rawan, aik untuk sang ibu( seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia), ( seperti risiko down syndrome). Tetapi , mengapa ada wanita yang hamil di atas usia 60 tahun?
Itulah yang dialami seorang perempuan berusia 61 tahun di brasil. Ia sedang menantikan bayi pertamanya yang telah memicu perdebatan di negaranya, mengenai kapan sebenarnya seorang perempuan sudah terlambat untuk melahirkan.

Perempuan yang menjadi kontroversi itu-kasusnya telah muncul di media local- meminta agar namanya tak disebutkan karena akan mempersulit ruang geraknya nanti. Iah sudah memasukin masam menopause dan menikah dengan seorang pria berusia 38 tahun. Ia pun hamil dengan telur donor. Jika sesuai jadwal, ia akan melahirkan pada bulan November tahun ini.

“saya sudah memasuki menopause. Suami saya ingin jadi ayah. Saya juga ingin menjadi ibu. Saya sangat sehat dan saya telah menjalani pemeriksaan medis,” kata perempuan itu kepada harian O Globo. Menurutnya, ia tidak berencana member tahu putrinya kelak bahwa ia telah menggunakan telur donor untuk bisa hamil. Dan menganggap kehamilannya tidak membahayakan kesehatan bayi maupun dirinya.
Hal serupa juga terjadi di India. Pada bula juli 2006, Rajo Devi menjadi ibu tertua di dunia. Rajo melahirkan bayi kembar setelah menjalani pembuahan buatan(fertilisasi in vitro), ketika usianya menginjak 70 tahun. Iah dan suaminya, bala ram 72 tahun, sudah menikah, sudah menikah selama lima puluh tahun, namun belum dikaruniai anak.
Dokter Anurag Bishnoi dari pusat fertilisasi di Negara bagian Haryana, India, mengatakan bahwa Rajo Devi dan suaminya belum memiliki anak dan ingin sekali memilikinya, sehingga meminta pusat fertilisasi embantu keinginan mereka. Pemindahan embrio pun dilakukan pada 19 april 2005. Seperti diberitakan harian Hindustan times, kondisi ibu yang sudah lebih pantas di panggil nenek itu dan bayinya sehat.

Dalam ilmu kedokteran, menurut nurul alfriana Sp.OG,usia reproduksi sehat untuk hamil antara 25-30 tahun, sehingga, dari segi kesehatan reproduksi, sebetulnya sehat untuk hamil ternyata kemudian hamil, berarti risiko itu telah terlewati.
Hanya saja, seperti diakui dokter yang bekerja di RS jati Sampurna dan RS permata cibubur, usia ini memang tergolong berisiko tinggi dalam kehamilan. Yakni, melahirkan bayi dengan sindroma down, yang berciri khas berbagai tingkat keterbelakangan mental, cirri wajah tertentu, berkurangnya tonus otot, dan sebagainya. “ Risiko ini kaan meningkat sesuai dengan usia ibu, yakni 6-8 per mil untuk usia 35 sampai 39 tahun dan 10-15 per mil untuk usia diatas 40 tahun,” ujar nurul.
Kelainan kromoson dan lainnya yang diperkirakan karena sel telur sudah berusia lanjut, terkena radiasi, terpengaruh obat-obatan, infeksi, dan sebagainya, diduga merupakan penyebab sindroma down.

Untuk mencermati adanya  sindroma ini, dapat dilakukan pemeriksaan amniosentesis, pada pemeriksaan ini cairan ketuban diambil melalui perut ibu. Bisa juga  dilakukan dengan cara kordosentesis. “ bedanya, jika amniosentesis mengambil cairan ketuban, pada kordosentesis diambil sampel darah janin dari tali pusat.” Jelas ibu dari lima anak ini.
Pemeriksaan itu sendiri bisa dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 16-20 minggu. Jika ditemukan kelainan, dokter akan menyerahkan keputusan pada pasangan suami-istri. Apakah akan meneruskan kehamilan atau menggugurkannya. Jika memaksa melahirkan bayi dengan down sindroma, makin tinggi usia ibu makin tinggi pula risiko untuk melahirkan. Hal ini dapat berisiko bagi kesehatan ibu sendiri. Bahkan, risiko kematian pun meningkat. Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil usia ini, seperti perdarahan postpartum (sesudah melahirkan), hipertensi, dan eklampsia.

Lebih menjaga kandungan
Namun banyak juga wanita yang hamil di usia 40-an ternyata berhasil menjalani kehamilan yang sehat dan melakukan bayi yang sehat pula. Dan wanita hamil pada usia 40-an biasanya lebih berhati-hati terhadap kehamilannya dibandingkan wanita yang lebih muda. Mereka akan lebih mencari dan meyerap informasi dengan baik tentang kondisi” dan risiko” tang mungkin terjadi pada kehamilan mereka. Mereka biasanya lebih sering bertanya tentang perkembangan janin mereka. Mereka juga lebih mementingkan perawatan pre-natal dan biasanya mempersiapkan diri mereka lebih baik sebelum hamil, jika kehamilan tersebut memang direncanakan. Karena itu pada ilmuwan sekarang mempercayai bahwa risiko ibu hamil di usia yang lebih lanjut tidak meningkat secara tajam hanya karena factor usia saja.

“ Adakalanya justru ibu ang memulai kehamilan di usia ini, jauh lebih mentap, sebab, biasanya telah mempersiapkan segalanya dengan matang sejak memulai pernikahan,” tambah nurul. Sebaliknya, ibu yang tak siap mental, lebih disebabkan ia merasa tak percaya diri menghadapin kehamilannya. Ia merasa sudah cukup tua, sehingga menganggap dirinya tak mampu untuk melahirkan dengan sehat.
Kendati demikian, pada dasarnya menjalani kehamilan pada usia di atas 40 tahun, tak berbeda dengan usia lain. Yang terpenting dan pertama ialah kesiapan ibu menjalanii kehamilan itu.  Nah, dengan perawatan pralahir yang baik, maka inu hamil berisiko pun bisa mengurangi risiko tersebut.

Apa saja perawatan pralahir itu? “ Salah satunya tentu dengan pemeriksaan rutin oleh dokter atau bidan,” ujar nurul. Dengan demikian , jika ada gangguan atau kelainan akan segera bisa diketahui dan ditangani. Bahkan, menjelang kehamilan, calon ibu harus menyiapkan diri dengan pemeriksaan untuk berbagai infeksi, seperti TORCH(toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,dan sebagainya).
Juga amat perlu menjaga menu makanan. “ Ibu harus melakukan diet yang baik. Artinya, mengonsumsi makanan cukup gizi, bukan Cuma untuk si ibu, tapi juga demi si janin,” ujar nurul. Dengan menajalani diet, si ibu sekaligus bisa mencapai berat badan ideal (tak lebih dan tak kurang) sehingga ibu bisa terhindar dari berbagai komplikasi seperti sakit gula, tekanan darah tinggi, varises, wasir, berat lahir bayi yang rendah, atau kesulitan persalinan karena ukuran bayi yang terlalu besar.

Selain itu, bergaya pola hidup sehat seperti menjauhi rokok, alcohol, dan oat-obatan yang tak perlu, juga akan sangat membantu. Dengan demikian risiko calon ibu menjadi berkurang dan si ibu pun bisa menjalani kehamilan serta persalinan dengan lancar. Jadi, tak ada yang perlu di khawatirkan lagi.
Memang benar bahwa risiko akan bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat hamil, namun dengan persiapan yang lebih matang, informasi yang lebih lengkap, serta bantuan tenaga kesehatan yang lebih sigap dan informative terhadap kondisi kehamilan berisiko tinggi akan membantu sang calin ibu untuk bisa tetap percaya diri, sehat, dan semangat saat menjalani kehamilannya. (Astrid Riantiningthias)


No comments:

Post a Comment