Sunday, May 5, 2013

Kesehatan Lutut Dan Siku

Jangan abaikan jika Anda mengalami pembengkakan pada lutut atau siku secara menahun yang diikuti rasa ngilu pada tulang. Bisa jadi itu gejala kelainan synovial osteochondromartosis. Kelainan ini termasuk jarang terjadi. Keberadaanya perlu segera diatasi, sebab bisa berkembang menjadi kanker tulang.

WASPADAI JIKA LUTUT BENGKAK MENAHUN
Seorang pasien berusia 26 tahun, beberapa tahun lalu didiagnosis menderita synovial osteochondromartosis setelah mengalami pembengkakan pada lututnya.
Delapan tahun sebelumnya, ia pernah mengalami trauma kecil pada lutut kanan yang kemudian ditangani dengan pijat. Cedera pada lutut kanannya tersebut terjadi ketika ia bermain basket. Namun ia mengeluh setelah erjadi pembengkakan pada lututnya secara perlahan selama bertahun-tahun. Meski selama itu ia tidka merasakan sakit dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Dia tampak seperti tidak membutuhkan perawatan medis. Dua tahun kemudian lutut kanannya mengalami bengkak yang semakin bersar. Ketika pergi ke sebuah rumah sakit, ia didiagnosis, tapi dokter mengatakan tidak memerlukan pembedahan. Namun benjolan menjadi jauh lebih besar lagi. Hingga akhirnya ia pergi ke RSCM dan kemudian dilakukan pembedahan.

PERTUMBUHAN SELA MENJADI BUTIR-BUTIR TULANG
Spesialis bedah ortopedi RSCM dr Yogi Prayoga mengatakan, synovial osteochondromartosis merupakan perubahan sel tulang rawan menjadi butir-butir tulang akibat proses metaplasia.
“Pada Synovial osteochondromartosis terjadi perubahan sel dari jaringan synofium yang menghasilkan cairan sendi. Ia berubah menjadi sel-sel chondroid dan akan menjadi sel-sel tulang rawan dan tulang, yang disebut osteochondromartosis. Osteo itu artinya tulang dan chondroma itu tulang rawan.”
Gejala awal dari penyakit ini tidak dapat dirasakan. Keluhan baru akan muncul atau dirasakan pasien apabila butir-butir tulang tersebut sudah cukup banyak jumlahnya. Sehingga menimbulkan bengkak dan mulai muncul rasa nyeri. “Rasa nyeri itu karena permukaan sendinya bergesekan dengan sel-sel tulang dan tulang rawannya,” tambah Yogi.
Penyebab osteochondromartosis sampai sekarang itu masih belum diketahui. Gangguan ini juga tidak ada hubungannya dengan tingginya aktivitas fisik. Tetapi secar studi, di situ memang ada perubahan yang disebut metaplasia. Di mana terjadi perubahan jaringan synofium, yang kemudian membentuk jaringan tulang rawan dan tulang , yang disebut osteochondromartosis.
Tekstur dan bentuk osteochondromartosis sendiri bulat keras seperti tulang. Hal inilah yang dapat menyebabkan pergerakan terganggu dan menimbulkan rasa sakit jika dibiarkan tumbuh terlalu lama.
Kasus osteochondromartosis melibatkan satu sendi dan mengenai sendi besar, biasanya pada sendi di lutut, engkel, panggul, dan bahu. Namun butiran osteochondromartosis paling sering ditemukan di lutut dan bahu. Sedangkan pertumbuhan pada pinggang dan engkel termasuk jarang.
Butir-butir osteochondromartosis tersebut tidak hanya terletak di dalam sendi, tapi juga bisa diluar sendi. Hal ini terjadi jika jumlah yang tumbuh sudah terlalu banyak kemudian tersedak keluar sendi yang disebut ekstra-artikular.
Jangka waktu pertumbuhan butir-butir tulang itu memang relative lama, antara lima sampai delapan tahun dan bervariasi pada setiap orang. Osteochondromartosis bersifat kronis yang kemunculanya membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan.
Biasanya menyerang mulai remaja 14 tahun sampai usia tua. “ Tapi puncak usianya itu pada decade kelima. Antara usia 40 sampai 50 tahun yang paling banyak mengalami insiden ini. Tapi ada juga yang terjadi pada usia remaja. Variasinya sedemikian lebar. Namun kasus ini termasuk tidak banyak atau tidak sering terjadi,” terangnya. Jenis kelamin juga tidak banyak perbedaan, sehingga wanita bisa terkena gangguan ini.

PENANGANAN DENGAN PEMBEDAHAN
Jika dibiarkan, pertumbuhan osteochondromartosis akan semakin banyak. Jumlah tersebut bisa mencapai lebih dari 100 butir, dengan ukuran yang bervariasi. Butiran bisa menyebabkan permukaan sendi menjadi rusak dan robek.
Deteksi dini gejala osteochondromartosis memang agak sulit, kecuali dengan scanning. Karena keluhan baru muncul ketika jumlah butirannya sudah banyak sehingga menyebabkan pembengkakan. Jika telah terjadi bengkak, biasanya akan disertai rasa ngilu di tulang dan persendian seperti jika terkena reumatik.
“Pada umumnya pasien, kalau belum ada benjolan besar atau merasa sakit sekali, dia belum mau dating berobat. Kalau masih pegal-pegal sedikit, mereka biasanya masih tahan  untuk beraktivitas,” tutur Yogi.
Jika butiran tulang tersebut sudah terlalu banyak hingga merusak persendian, maka sendi yang rusak tersebut harus diganti atau ditambal. Karena jika tidak diganti, antar tulang akan terjadi pergesekan yang menyebabkan nyeri.
Penanganan gangguan ini adalah dengan pembedaha. “ Butiran-butiran ostechondromartosis tersebut dikeluarkan, serta jaringan synofial-nya dibersihkan agar tidak terjadi pertumbuhan lagi. Karena ada potensi kekambuhan, jadi walaupun sudah diangkat, ia bisa kambuh lagi,” jelasnya.
Lebih lanjut yogi menjelaskan, terdapat dua cara yang biasa dipakai dalam penanganan kasus osteochodromartosis, yaitu dengan artoplasti dan artodesis. Artoplasti adalah mengganti permukaan sendi dengan logam. Sedangkan artodesis, yaitu membekukan antarsendi.” Jadi antara sendi dikunci sehingga menjadi kaku atau tidak bisa ditekuk, dan dia akan terbebas dari rasa nyeri,” tambahnya.
Artoplasti merupakan teknik yang paling banyak di terapkan dalam penanganan kasus ini. Teknik ini ada jangka waktu penggunaannya, yaitu antara 10-15 tahun. Namun penerapannya tergantung usia. Biasanya yang menggunakan cara ini pasien di atas 50 tahun atau minimal di atas 40 tahun.
Sedangkan untuk usia di bawah itu, missal pada pasien usianya muda, pilihan artoplasti yang tepat. Karena artoplasi memerlukan operasi berikutnya, yaitu logam harus diganti setelah 10-15 tahun.
“Biasanya kalau pasiennya tidak memiliki aktifitas disik terlalu tinggi akan dilakukan artodesis. Dalam artodesis terdapat posisi fungsional. Misalnya pada lutut, ia masih bisa agak menekuk 10 derajat. Supaya saat pasien berjalan, tidak terlalu sulit,” ungkapnya.

DAPAT BERUBAH JADI TUMOR GANAS
Synofial chondromartosis bisa berubah menjadi ganas. Namun angka kasusnya sangat kecil, yaitu kurang dari 5 persen. Gangguan ini bisa mengalami regenerasi maligna atau perubahan ke arah ganas menjadi tumor ganas tulang rawan, disebut chondrosarcoma.
Chondrosarcoma ialah tumor ganas dengan cirri khas pembentukan jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarcoma. Massa tumor ini bulat dan terdiri atas jaringan tulang rawan yang berwarna putih –kelabu sampai kebiruan. Ada bagian-bagian yang keras dan agak lembek.
Chondrosarcoma lebih sering ditemukan pada pria disbanding wanita, meski ada pula yang mengatakan, tidak ada perbedaan insidens. Biasanya ditemukan para umur antara 30-60 tahun dan jarang di bawah 20 tahun. 

No comments:

Post a Comment