Jangan abaikan
jika Anda mengalami pembengkakan pada lutut atau siku secara menahun yang
diikuti rasa ngilu pada tulang. Bisa jadi itu gejala kelainan synovial
osteochondromartosis. Kelainan ini termasuk jarang terjadi. Keberadaanya perlu
segera diatasi, sebab bisa berkembang menjadi kanker tulang.
WASPADAI JIKA
LUTUT BENGKAK MENAHUN
Seorang pasien berusia 26 tahun, beberapa tahun lalu didiagnosis
menderita synovial osteochondromartosis setelah mengalami pembengkakan pada
lututnya.
Delapan tahun sebelumnya, ia pernah mengalami trauma kecil pada lutut
kanan yang kemudian ditangani dengan pijat. Cedera pada lutut kanannya tersebut
terjadi ketika ia bermain basket. Namun ia mengeluh setelah erjadi pembengkakan
pada lututnya secara perlahan selama bertahun-tahun. Meski selama itu ia tidka
merasakan sakit dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Dia tampak seperti tidak membutuhkan perawatan medis. Dua tahun
kemudian lutut kanannya mengalami bengkak yang semakin bersar. Ketika pergi ke
sebuah rumah sakit, ia didiagnosis, tapi dokter mengatakan tidak memerlukan
pembedahan. Namun benjolan menjadi jauh lebih besar lagi. Hingga akhirnya ia
pergi ke RSCM dan kemudian dilakukan pembedahan.
PERTUMBUHAN SELA
MENJADI BUTIR-BUTIR TULANG
Spesialis bedah ortopedi RSCM dr Yogi Prayoga mengatakan, synovial
osteochondromartosis merupakan perubahan sel tulang rawan menjadi butir-butir
tulang akibat proses metaplasia.
“Pada Synovial osteochondromartosis terjadi perubahan sel dari
jaringan synofium yang menghasilkan cairan sendi. Ia berubah menjadi sel-sel
chondroid dan akan menjadi sel-sel tulang rawan dan tulang, yang disebut
osteochondromartosis. Osteo itu artinya tulang dan chondroma itu tulang rawan.”
Gejala awal dari penyakit ini tidak dapat dirasakan. Keluhan baru akan
muncul atau dirasakan pasien apabila butir-butir tulang tersebut sudah cukup
banyak jumlahnya. Sehingga menimbulkan bengkak dan mulai muncul rasa nyeri.
“Rasa nyeri itu karena permukaan sendinya bergesekan dengan sel-sel tulang dan
tulang rawannya,” tambah Yogi.
Penyebab osteochondromartosis sampai sekarang itu masih belum
diketahui. Gangguan ini juga tidak ada
hubungannya dengan tingginya aktivitas fisik. Tetapi secar studi, di situ
memang ada perubahan yang disebut metaplasia. Di mana terjadi perubahan
jaringan synofium, yang kemudian membentuk jaringan tulang rawan dan tulang ,
yang disebut osteochondromartosis.
Tekstur dan bentuk
osteochondromartosis sendiri bulat keras seperti tulang. Hal inilah yang dapat
menyebabkan pergerakan terganggu dan menimbulkan rasa sakit jika dibiarkan
tumbuh terlalu lama.
Kasus osteochondromartosis melibatkan
satu sendi dan mengenai sendi besar, biasanya pada sendi di lutut, engkel,
panggul, dan bahu. Namun butiran osteochondromartosis paling sering ditemukan
di lutut dan bahu. Sedangkan pertumbuhan pada pinggang dan engkel termasuk
jarang.
Butir-butir osteochondromartosis
tersebut tidak hanya terletak di dalam sendi, tapi juga bisa diluar sendi. Hal
ini terjadi jika jumlah yang tumbuh sudah terlalu banyak kemudian tersedak
keluar sendi yang disebut ekstra-artikular.
Jangka waktu pertumbuhan butir-butir
tulang itu memang relative lama, antara lima sampai delapan tahun dan
bervariasi pada setiap orang. Osteochondromartosis bersifat kronis yang
kemunculanya membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan.
Biasanya menyerang mulai remaja 14
tahun sampai usia tua. “ Tapi puncak usianya itu pada decade kelima. Antara
usia 40 sampai 50 tahun yang paling banyak mengalami insiden ini. Tapi ada juga
yang terjadi pada usia remaja. Variasinya sedemikian lebar. Namun kasus ini
termasuk tidak banyak atau tidak sering terjadi,” terangnya. Jenis kelamin juga
tidak banyak perbedaan, sehingga wanita bisa terkena gangguan ini.
PENANGANAN DENGAN PEMBEDAHAN
Jika dibiarkan, pertumbuhan osteochondromartosis
akan semakin banyak. Jumlah tersebut bisa mencapai lebih dari 100 butir, dengan
ukuran yang bervariasi. Butiran bisa menyebabkan permukaan sendi menjadi rusak
dan robek.
Deteksi dini gejala
osteochondromartosis memang agak sulit, kecuali dengan scanning. Karena keluhan
baru muncul ketika jumlah butirannya sudah banyak sehingga menyebabkan
pembengkakan. Jika telah terjadi bengkak, biasanya akan disertai rasa ngilu di
tulang dan persendian seperti jika terkena reumatik.
“Pada umumnya pasien, kalau belum ada
benjolan besar atau merasa sakit sekali, dia belum mau dating berobat. Kalau masih pegal-pegal sedikit, mereka biasanya masih
tahan untuk beraktivitas,” tutur Yogi.
Jika butiran tulang tersebut sudah
terlalu banyak hingga merusak persendian, maka sendi yang rusak tersebut harus
diganti atau ditambal. Karena jika tidak diganti, antar tulang akan terjadi
pergesekan yang menyebabkan nyeri.
Penanganan gangguan ini adalah dengan
pembedaha. “ Butiran-butiran ostechondromartosis tersebut dikeluarkan, serta
jaringan synofial-nya dibersihkan agar tidak terjadi pertumbuhan lagi. Karena
ada potensi kekambuhan, jadi walaupun sudah diangkat, ia bisa kambuh lagi,”
jelasnya.
Lebih lanjut yogi menjelaskan,
terdapat dua cara yang biasa dipakai dalam penanganan kasus
osteochodromartosis, yaitu dengan artoplasti dan artodesis. Artoplasti adalah
mengganti permukaan sendi dengan logam. Sedangkan artodesis, yaitu membekukan
antarsendi.” Jadi antara sendi dikunci sehingga menjadi kaku atau tidak bisa
ditekuk, dan dia akan terbebas dari rasa nyeri,” tambahnya.
Artoplasti merupakan teknik yang
paling banyak di terapkan dalam penanganan kasus ini. Teknik ini ada jangka
waktu penggunaannya, yaitu antara 10-15 tahun. Namun penerapannya tergantung
usia. Biasanya yang menggunakan cara ini pasien di atas 50 tahun atau minimal
di atas 40 tahun.
Sedangkan untuk usia di bawah itu,
missal pada pasien usianya muda, pilihan artoplasti yang tepat. Karena
artoplasi memerlukan operasi berikutnya, yaitu logam harus diganti setelah 10-15
tahun.
“Biasanya kalau pasiennya tidak
memiliki aktifitas disik terlalu tinggi akan dilakukan artodesis. Dalam
artodesis terdapat posisi fungsional. Misalnya pada lutut, ia masih bisa agak
menekuk 10 derajat. Supaya saat pasien berjalan, tidak terlalu sulit,”
ungkapnya.
DAPAT BERUBAH JADI TUMOR GANAS
Synofial chondromartosis bisa berubah
menjadi ganas. Namun angka kasusnya sangat kecil, yaitu kurang dari 5 persen.
Gangguan ini bisa mengalami regenerasi maligna atau perubahan ke arah ganas
menjadi tumor ganas tulang rawan, disebut chondrosarcoma.
Chondrosarcoma ialah tumor ganas
dengan cirri khas pembentukan jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan
merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarcoma. Massa
tumor ini bulat dan terdiri atas jaringan tulang rawan yang berwarna putih
–kelabu sampai kebiruan. Ada bagian-bagian yang keras dan agak lembek.
Chondrosarcoma lebih sering ditemukan
pada pria disbanding wanita, meski ada pula yang mengatakan, tidak ada
perbedaan insidens. Biasanya ditemukan para umur antara 30-60 tahun dan jarang
di bawah 20 tahun.
No comments:
Post a Comment